Majalah Sunday

Kisah Mistis: Pertemuan dengan Leak Bali
di Tengah Ritual Upacara

Penulis: Syelvina Gusmarani – Universitas Negeri Jakarta

Kisah Mistis: Pertemuan dengan Leak Bali di Tengah Ritual Upacara.

Malam itu, rumah keluarga Wijaya sibuk dengan persiapan upacara Caru. Aroma dupa bercampur dengan bumbu masakan memenuhi udara. Ayah, meski tubuhnya makin kurus karena penyakit yang tak kunjung sembuh, tetap bersikeras membantu menghias arca di tempat sembahyang. “Jangan terlalu memaksakan diri, Yah,” ucapku cemas. Tapi beliau hanya tersenyum tipis.

Pukul sebelas malam, kelelahan akhirnya menaklukkan tubuhku. Mata beratku tertutup seketika, tanpa sempat mengganti baju atau merapikan tempat tidur. Rasanya seperti ditarik ke dalam mimpi yang aneh.

Aku terbangun mendadak. Kamar begitu hening hingga suara napas dan detak jantungku terdengar jelas. Tapi ada yang aneh. Di depan cermin, berdiri sosok besar dengan rambut hitam panjang menjuntai ke lantai. Mataku membelalak. Sosok itu gemuk, dengan kuku-kuku panjang dan gerakan menyeramkan adalah Leak Bali. Ia sibuk memainkan rambutnya, tak menyadari bahwa aku sudah bangun.

pict by pinterest.

“Hei!” teriakku, entah dari mana keberanian itu muncul. Sosok itu tersentak, menatapku dengan mata yang menyala seperti bara. Seketika ia berlari keluar kamar. Tanpa pikir panjang, aku mengejarnya.

Di teras rumah, aku melihat makhluk itu bersandar pada tubuh ayahku yang sedang berbaring miring di lantai. Ayah tampak lelap, tak menyadari kehadiran makhluk tersebut. Di sebelah dapur, ibuku sedang menggoreng sesuatu, sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda menyadari keanehan yang terjadi.

Jantungku berdegup kencang saat makhluk itu menggeram pelan. Lidahnya yang panjang terjulur, menjilat udara sebelum perlahan menusuk ke perut ayahku. Aku ingin berteriak, tapi suaraku tak keluar. Keringat dingin mengalir deras.

Lalu semuanya berubah.

Aku mendapati diriku kembali berbaring di kamar. Napas tersengal-sengal, aku melompat bangun dan berlari ke teras. “Ayah!” teriakku, berharap menemukan sesuatu yang berbeda dari yang kulihat tadi.

Namun, pemandangannya persis sama. Ayah masih tidur miring di lantai, dan ibu masih di dapur menggoreng sesuatu. Jam dinding menunjukkan pukul sebelas tepat. Apakah aku baru saja bermimpi? Tapi semuanya terasa terlalu nyata.

“Ayah, masuk ke kamar saja,” ucapku seraya mengguncang tubuhnya pelan. Ayah membuka mata perlahan, bingung, namun akhirnya menurut.

Seminggu kemudian, kondisi ayah memburuk. Beliau tak mampu menelan makanan, bahkan air pun dimuntahkan. Diagnosa dokter adalah dispepsia, komplikasi yang membuat pencernaan ayah tak berfungsi normal. Aku hanya bisa melihat tubuhnya makin melemah di ruang rumah sakit hingga akhirnya beliau mengembuskan napas terakhir.

Namun pikiranku tak bisa lepas dari malam itu. Wujud Leak yang kulihat, serta ucapan mertua kakakku beberapa bulan sebelumnya, terus menghantuiku: “Kamu tahu siapa yang kamu hadapi? Aku bisa berubah jadi Leak. Kita lihat siapa yang duluan tak bisa makan nasi: aku atau kamu.”

Sejak kecil, aku tahu cerita-cerita tentang Leak hanyalah dongeng untuk menakut-nakuti anak-anak. Tapi malam itu membuatku berpikir ulang. Apakah ada yang lebih dari sekadar cerita rakyat? Apakah ada dendam yang lebih dalam, mengakar di antara keluarga kami?

Aku tak pernah menuduh siapa pun secara langsung, tapi curiga adalah hal yang sulit dihindari. Hingga kini, bayangan makhluk itu di depan cermin masih melekat di pikiranku. Seolah-olah malam itu adalah peringatan, atau mungkin sebuah pesan yang tak pernah bisa kupecahkan. Upacara Caru selesai, tapi sepertinya tanah pekarangan kami tetap menyimpan misteri yang tak akan pernah bersih sepenuhnya.

*****

(terinspirasi dari kisah nyata).

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 110
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?