Majalah Sunday

Kampung Karma

Penulis: Endah Romadhon – UNJ

“Karma akan selalu datang untuk pendosa sepertimu!”

Sialan! Perkataan tua bangka itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Padahal sudah beberapa ratusan meter dari tempat si tau bangka itu tertabrak, cuma tertabrak dikit aja udah nyumpahin orang aja. Awas aja tuh tua bangka kalau ketemu lagi bakal aku tabrak lagi sampai mampus!

Ratusan meter sudah kutempuh bahkan hitungan kilometer pun sudah masuk dua angka, tapi kenapa gedung mall yang kucari tidak ketemu juga? Bahkan gedung-gedung tinggi aku sudah tidak melihatnya lagi seakan-akan aku sudah meninggalkan kota ini. Aku memberhentikan mobilku karena titik maps menandakan ini tempatnya. Kulihat lagi dengan seksama dan tidak ada yang salah alamat dan jalannya sudah benar.

Perasaan bingung semakin menguat ketika aku benar-benar melihat ke arah samping kiriku hanya ada perkampungan. Aku keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam perkampungan guna mencari orang. Tidak sampai 10 langkah aku melihat seorang kakek tua memandangiku.

setiap perbuatan manusia baik maupun buruk selalu ada timbal baliknya. Hukum sebab akibat akan selalu di dunia ini, inilah kampung karma.

“Halo, Kakek. Aku mau tanya gedung mall di sini di mana ya? Kalo aku lihat maps titik ada di sini.” Aku memberanikan diri bertanya kepada kakek tua ini berharap jawaban dapat kutemukan.

“Tak ada yang kau cari, tak ada.” Ucap Kakek itu seraya menatap dalam diriku.

“Tapi titiknya udah benar kok di sini berarti harusnya ada di sekiar sini dong, Kek.”

“Tak ada. Mau kamu keliling berkali-kali pun tak ada.”

“Yaudah deh aku muter balik aja. Makasih ya, Kakek” aku ingin segera kembali ke dalam mobilku, tapi nihil aku tak melihat mobilku. “Kakek lihat mobilku tidak? Tadi aku parkir di situ kok.” Aku segera membalikkan badanku berbicara kembali dengannya.

“Tak bisa. Kau tak bisa kemanapun ini lah tempatmu.”

“Apa maksudnya? Kakek ini komplotan maling ya?” aku segera berjalan ke arahnya menarik kaus lusuhnya itu. “Jangan macem-macem ya aku bisa abisin kakek ataupun komplotanmu itu!” tak main-main dengan perkataanku aku mulai mendorong keras dirinya agar terjatuh ataupun terluka.

“Tentu saja kau bisa. Menabrak orang, memukul orang untuk kesenangan, mengambil hak orang adalah tabiatmu.”

“KAKEK TAU APA HAH?! DASAR STRESS KAKEK GILA! BALIKIN MOBILNYA!”

“Pendosa akan menerima karmanya!” menghilang, ia menghilang dari hadapanku.

Aku melihat sekeliling, nihil dia tidak ada di manapun. Mau tidak mau aku beranjak masuk lebih dalam ke perkampungan itu untuk mencari kakek sialan itu. Langkah demi langkah aku lalui hingga aku melihat seorang perempuan di sebrang sana. Aku bergegas ingin menghampirinya, tapi belum sepenuhnya sampai seberang mobil yang melaju menabrak diriku.

“SIALAN!” Amukku kepada pengendara itu. Aku lihat pengemudi itu menjulurkan kepalanya keluar jendela.

“Yaelah giu doang ngatain orang masih untung kagak mampus. Kalo ketemu lagi bakal gue tabrak sampe mampus!” Dia melajukan mobilnya dengan cepat meninggalkan tempat ini.

Tak asing dengan apa yangg orang itu ucapkan. Ucapan itu dan situasi sekarang sama persis seperti sebelumnya. Tidak, tidak mungkin ini karmanya. Aku tak mempercayai kakek sialan itu.

Aku berusaha bangkit untuk menuju perempuan tadi, tapi tidak ada ia juga sudah menghilang. Aku melihat ke belakangku ada seseorang yang sdang berjalan ke arahku dan sesampainya di hadapanku sebelum aku bertanya padanya, satu bogem mentah melayang ke mukaku.

“SETAN, MAKSUDMU APA?!” belum kupulih memandangnya ia langsung pergi meninggalkanku dan menghilang begitu saja.

Situasi yang tak asing ini juga pernah aku alami beberapa minggu lalu. Aku pernah memukul orang karena hanya aku sedang merasa bosan. Orang yang tak kukenal ada di dekatku menjadi target keisenganku.

Aku berjalan dengan terseok-seok pergi meninggalkan tempat ini. Semakin aku melangkahkan kakiku pergi, lagi dan lagi situasi buruk yang tak asing menipaku. Apa benar semua perlakukanku berbalik ke arahku sekarang? Apakah ini benar karmaku?

Kakek tua yang tadi kutemui kembali dihadapanku. “Ini adalah kampung karma. Tempat orang-orang pendosa sepertimu mendapatkan karmanya.”

“Aku ingin pergi dari sini. Tolong aku bagaimana caranya?” Air mataku menetes deras. Rasa sakit sudah tak bisa kutahan lagi.

“Entahah kau bisa keluar atau tidak karena semua tergantung padamu dan kau harus tanamkan pada dirimu bahwa semua pendosa akan mendapatkan karmanya.”

“Semua pendosa akan mendapatkan karmanya.” ucapku mengikuti dirinya.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 85
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?