Penulis: Masya Hanifa – UNJ
Menahan lapar ini dalam sunyi,
menyembunyikannya di bawah runcing kata-katamu.
Amarahmu tetap tinggal,
menusuk seperti angin badai di rongga dada dan kepalaku,
menghancurkan hangat yang selalu ku jaga.
Tiap kali ku biarkan lapar merintih,
seolah aku sedang menata permintaan maaf,
diukir perlahan di sela nyeri isi perutku.
Terpaut sesak yang mencekik, tak terucap.
Setiap malam terus bertanya,
apakah ini hanya tentang amarahmu yang belum usai?
Atau aku yang terjebak dalam diam,
berusaha menata ruang kosong yang kau tinggalkan.
Lapar ini menjadi hukuman yang kutimpakan pada diri,
seperti cara sunyi untuk membayar amarahmu yang mengalir.
Setiap rintih perutku adalah jejak dari maaf yang berulang kali terucap,
seperti penebusan dosa dalam hening yang tak pernah usai.
Inikah Kebenaran Cinta Itu?
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.