Penulis: Delia Putri Amanda – Universitas Negeri Jakarta
Belakangan ini kita mengenal teknologi AI yang marak digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari kepentingan pendidikan, kesehatan, industri pekerjaan, transportasi, atau hanya untuk sekadar hiburan.
Penggunaan AI yang telah membawa banyak dampak positif dalam berbagai sektor nyatanya memiliki sisi gelap dibaliknya. Beriringan dengan kemajuan AI yang semakin pesat, risiko penyalahgunaan AI pun turut meningkat. Salah satu dampak dari penyalahgunaan AI yang belakangan ini tengah ramai disorot dan menimbulkan kecemasan masyarakat ialah pengggunaan AI untuk revenge porn.
AI dan Kaitannya dengan Revenge Porn
Revenge porn adalah tindakan menyebarkan konten yang bersifat pornografi berupa suara, foto, dan video pribadi yang diambil atau direkam tanpa izin dengan maksud untuk mempermalukan korban lewat alasan balas dendam.
Umumnya pelaku revenge porn berasal dari orang terdekat atau orang yang pernah menjalin hubungan dengan korban di masa lampau. Akan tetapi, belakangan muncul kasus baru terkait revenge porn yang dilakukan dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi AI.
Pada praktiknya, kemampuan AI untuk memanipulasi suara, foto, dan video dimanfaatkan para pelaku untuk membuat konten berbau pornografi, yang kemudian dijadikan alat untuk mengancam korban.
Penyalahgunaan AI memunculkan keresahan bagi semua orang, pict by canva.com
Bentuk Pelecehan Privasi dan Eksploitasi Seksual
Sebenarnya, pembuatan konten berbau pornografi dari hasil edit/manipulasi sudah dilakukan sejak dulu. Hanya saja, dengan kecanggihan AI, konten yang dihasilkan tentu akan tampak lebih autentik dan telihat sungguhan.
Hal ini terbukti telah membuat kegaduhan di mana-mana, karena dalam kasus ini, semua orang jadi punya potensi besar untuk menjadi korban. Pelakunya pun bisa siapa saja, bukan hanya orang yang memiliki hubungan dengan kita, namun juga orang-orang “iseng” yang ingin memanfaatkan ketakutan kita untuk mengontrol kita, sehingga mereka dapat dengan bebas melakukan tindakan pelecehan.
Ini jelas merupakan bentuk dari tindakan pelecehan dan pelanggaran privasi. Lebih-lebih lagi, revenge porn berbasis AI dapat dikatakan sebagai tindakan eksploitasi yang tak hanya berhenti pada bentuk eksploitasi seksual, namun juga merembet pada aspek emosional dan psikologis korban.
Revenge porn berdampak pada apsek emosional dan psikologis korban, pict by canva.com
Apa yang Harus Dilakukan?
Revenge porn berbasis AI agaknya telah menjadi isu yang serius dan wajib diberi perhatian yang mendalam. Menyikapi fenomena ini, kita tidak bisa lantas menyuruh orang-orang untuk berhenti memposting foto atau video mereka yang menampilkan full body. Imbauan hati-hati saja tidak akan pernah cukup untuk mengurangi kasus pelecehan seksual yang sudah terjadi dari dulu sampai sekarang.
Selain itu, dalam kasus pelecehan, sangat penting untuk berada di sisi korban dengan tidak memojokkan atau menyalahkan korban atas apa yang telah terjadi pada mereka.
Pemberantasan revenge porn berbasis AI harus dilakukan secara menyeluruh, dalam artian semua orang harus turut serta menyuarakan penolakannya dengan tegas. Diperlukan tindakan hukum yang adil, perancangan AI yang mampu mendeteksi konten asli dan hasil manipulasi, serta kesadaran masyaratakat terkait pemberhentian penyebaran lebih lanjut untuk melawan bentuk eksploitasi baru di era digital ini.
Terakhir, jika kamu menjadi korban revenge porn, berikut adalah daftar lembaga yang bisa kamu hubungi untuk meminta bantuan:
KOMNAS Perempuan
Email: mail@komnasperempuan.or.id
Kontak: (021) 3903963 (Pengaduan)
Layanan: Pengaduan dan Pendampingan
LBH Apik
Email: surat@lbhapik.or.id
Kontak: +62-21-0000 / 60
Layanan: Konsultasi Hukum, Membuatan draft dokumen kepengadilan, mediasi, penanganan kasus secara litigasi
Yayasan Pulih
Email: pulihfoundation@gmail.com
Kontak: +62 21 788 42 580
Layanan: Konsultasi Psikologi
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.
