Penulis: Masya Hanifa – UNJ
Hari ini begitu ramai,
Hingga sunyi tak sempat menyelinap.
Mereka datang dengan pelukan dan kata-kata,
“Menguatkan,” seolah aku ini rapuh.
Tapi aku hanya diam,
Tak merasa runtuh, tak merasa rapuh.
Kini aku resmi jadi kepala keluarga
Nama itu kini tertulis sendiri.
Lucu dan aneh,
Seperti peran yang tiba-tiba dipaksa kumainkan,
Padahal aku belum hafal dialognya.
Jujur aku merasa berdosa,
Tak ada tangis yang pecah,
Bahkan tak ada air mata yang jatuh.
Sampai ku coba panggil kenangan manis,
Saat pelukan terasa hangat,
Namun tetap,
Mataku sepi, hatiku kering.
Yang kurasakan hanya bingung,
Terombang-ambing tanpa angin,
Luntang-lantung di lautan yang tak kutahu arahnya.
Larut malam,
Saat doa-doa sudah tenang,
Dan derap langkah tamu perlahan menghilang,
Barulah sunyi memelukku erat.
Namun tetap kujalani hari seperti biasa
Aku mandi, bahkan mengenakan wangi favorit,
Mencoba menipu waktu.
Berpura-pura sibuk.
Tapi yang kusadari,
Ternyata kehilangan bukan seperti dongeng,
Tak seperti badai yang menerjang segalanya,
Melainkan seperti kabut tipis,
Menyelinap perlahan, menyesap ruang hati.
Bingung, kosong,
dan sedih yang tersisip di sela rongga kesepian.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.