Penulis: Muhammad Farhan Fahrezi – Politeknik Negeri Jakarta
Di setiap sekolah, anak basket selalu menjadi pusat perhatian. Dengan seragam kebanggaan dan aksi memukau di lapangan, mereka sering dianggap sebagai bintang sekolah. Namun, apakah kehidupan anak basket sesederhana yang terlihat? Apakah mereka benar-benar menikmati popularitas seperti yang banyak dipercayai?
Zidane Akbar, seorang siswa yang juga anggota tim basket di sekolahnya, punya cerita berbeda. Bermain basket sejak SMP kelas 9, ia awalnya hanya ingin mencoba peruntungan di kompetisi antar sekolah. Namun, perjalanan sebagai anak basket memberinya pelajaran yang jauh lebih dalam. Dari momen mengantuk di kelas akibat latihan hingga merayakan kemenangan bersama tim, Zidane telah melalui berbagai suka dan duka yang jarang diketahui banyak orang.
Melalui kisahnya, Zidane mengajak kita untuk melihat lebih dekat kehidupan anak basket. Apakah mereka benar-benar selalu populer? Apakah anggapan bahwa mereka lebih keren dari siswa lain itu fakta atau hanya mitos belaka? Jawabannya tidak sesederhana yang kita bayangkan. Di balik sorotan lapangan, ada cerita tentang kerja keras, kebersamaan, dan pelajaran hidup yang berharga.
Awal Perjalanan Zidane Akbar di Dunia Basket
Bagi Zidane Akbar, kecintaan pada basket dimulai saat duduk di bangku SMP kelas 9. Ketika itu, ia tidak memiliki ambisi besar untuk menjadi pemain profesional. “Awalnya, saya hanya ingin mencoba berkompetisi di turnamen antar sekolah,” katanya. Namun, satu langkah kecil itu mengubah segalanya. Zidane menemukan bahwa basket bukan hanya sekedar olahraga, tetapi juga ruang untuk belajar, bertumbuh, dan membangun hubungan.
Ketika memasuki tim basket sekolah, Zidane mulai mengenal rutinitas baru. Latihan menjadi bagian dari kesehariannya. Meskipun tidak ada jadwal latihan yang terlalu ketat, ia tetap berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara basket dan akademik. “Kuncinya sederhana, belajar sesuai jam belajarnya saja,” ungkapnya sambil tersenyum.
Populer dan Keren: Fakta atau Mitos?
Salah satu stereotip yang melekat pada anak basket adalah anggapan bahwa mereka selalu populer di sekolah. Zidane menanggapinya dengan candaan: “Tergantung, kalau ganteng, ya populer. Hahaha.” Namun, ia mengakui bahwa popularitas bukanlah sesuatu yang otomatis datang hanya karena seseorang bermain basket.
Mitos lain yang sering terdengar adalah bahwa anak basket lebih keren daripada siswa lainnya. Zidane melihatnya dari perspektif prestasi. “Mungkin kalau mendapatkan prestasi, itu dianggap lebih keren. Kalau tidak, ya biasa saja,” ujarnya. Baginya, reputasi sebagai anak basket bukanlah sesuatu yang diberikan, melainkan sesuatu yang harus diraih melalui kerja keras dan dedikasi.
Tantangan di Balik Lapangan
Menjadi anak basket juga bukan tanpa tantangan. Zidane mengaku bahwa salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah rasa lelah yang sering kali terbawa ke ruang kelas. “Sering tertidur di kelas karena latihannya capek,” katanya jujur. Namun, ia tidak menjadikannya alasan untuk menyerah. Dengan menjaga kebiasaan latihan yang rajin dan menjalin hubungan baik dengan rekan satu tim, Zidane selalu berusaha menjaga performanya.
Tekanan untuk memenangkan pertandingan atau menjaga performa tim juga menjadi bagian dari perjalanan ini. Namun, Zidane memandang tekanan tersebut sebagai sesuatu yang membangun. “Latihan dengan rajin dan selalu membangun kebersamaan dalam tim adalah cara saya menghadapi tekanan itu,” jelasnya.
Momen Terbaik dan Pelajaran Hidup
Dari semua pengalaman sebagai anak basket, Zidane mengaku bahwa memenangkan pertandingan adalah momen terbaiknya. “Rasanya luar biasa ketika kerja keras kita membuahkan hasil,” katanya dengan mata berbinar. Namun, lebih dari itu, basket juga memberinya pelajaran hidup yang tak ternilai.
“Bermain basket mengajarkan banyak hal: kerja sama tim, disiplin, pengelolaan emosi, kepemimpinan, dan keberanian menghadapi tantangan,” ungkap Zidane. Pelajaran-pelajaran ini, menurutnya, tidak hanya berguna di lapangan, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. “Basket membantu saya tumbuh dan berkembang, baik secara pribadi maupun sosial,” tambahnya.
Kehidupan anak basket ternyata lebih kompleks daripada sekadar stereotip yang melekat pada mereka. Di balik seragam dan sorotan lapangan, ada kerja keras, perjuangan, dan pelajaran yang membentuk karakter mereka. Zidane adalah bukti nyata bahwa menjadi anak basket bukan hanya soal popularitas atau gengsi, tetapi tentang bagaimana olahraga ini membangun nilai-nilai yang bermanfaat seumur hidup.
Dengan segala tantangan dan momen terbaik yang telah ia lalui, Zidane merasa bangga menjadi bagian dari tim basket sekolahnya. Bagi Zidane, basket bukan hanya olahraga, tetapi juga perjalanan yang penuh makna.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.