EduAksi 2025: Jauhi Eksploitasi dekati Edukasi

Penulis: Okta Fitriana Bella – SMKN 69 Jakarta 

Pernah nggak sih kamu kepikiran ke mana perginya baju-baju yang cuma sekali pakai? Atau, pernah ngerasa bersalah belanja impulsif tapi akhirnya barangnya cuma ngendap di lemari? Kalau iya, mungkin kamu perlu tahu tentang acara seru yang baru aja digelar di Jakarta: EduAksi 2025.

Digelar hari Minggu, 1 Juni 2025 di Taman Ismail Marzuki (TIM), acara ini jadi angin segar buat anak muda yang peduli lingkungan tapi tetap ingin belajar dan bersenang-senang. Diperkenalkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (Fikom UNTAR) dalam rangka Commweek 2025, EduAksi membungkus isu eksploitasi dalam industri fast fashion dengan cara yang ringan, menyenangkan, dan tetap bermakna.

Talkshow: Ngobrol Serius Soal Fast Fashion

Acara dibuka dengan talkshow bersama Dinoaugusto, yang membahas dampak nyata dari industri fast fashion terhadap lingkungan dan kehidupan sosial. Tapi tenang, ini bukan obrolan berat yang bikin ngantuk. Dino menyampaikan topik ini dengan gaya ngobrol santai, relatable, dan penuh insight. Peserta jadi paham kenapa gaya hidup konsumtif harus mulai diubah, bukan cuma demi diri sendiri, tapi juga buat bumi kita.

eduaksi 2025

Workshop Kreatif: Baju Bekas Berubah Jadi Totebag Kekinian

Setelah dapat insight dari talkshow, peserta diajak langsung praktik lewat workshop daur ulang pakaian bekas menjadi totebag. Tanpa alat ribet, hanya dengan bahan-bahan sederhana dan kreativitas, peserta berhasil bikin tas kain kece dari baju lama. Serunya lagi, banyak yang akhirnya sadar bahwa barang bekas tuh nggak selalu usang—kadang cuma butuh sentuhan baru.

eduaksi 2025

Booth Tukar-Pilih: Tukar Barang, Tukar Cerita

Buat yang suka thrifting atau cari harta karun kecil, booth tukar-pilih barang jadi area paling rame di acara ini. Di sini, pengunjung bisa bawa barang bekas yang masih layak pakai—mulai dari pakaian, buku, novel, hingga aksesoris—dan menukarnya dengan barang lain. Konsep ini mengajak peserta untuk berbagi, meminimalisir limbah, dan menemukan “harta baru” dari tangan orang lain.

Tidak cuma tukar barang, di booth ini juga sering terjadi obrolan ringan yang akhirnya bikin pengunjung saling kenal dan berbagi cerita di luar urusan barang.

Performance Musik: Harmoni Penutup yang Bikin Hangat

Acara ditutup dengan penampilan musik dari panitia, yang dimana dia salah satu mahasiswa aktif di Universitas Tarumanagara, yang membawakan dua lagu penuh makna yaitu “Lampu Kuning” dari Juicy Luicy dan “Kita Ke Sana” dari Hindia. Nggak ada panggung megah, tapi ada suasana hangat yang bikin semua peserta ikut larut, bernyanyi bersama, dan merayakan semangat kebersamaan.

Bahkan yang awalnya datang cuma karena penasaran atau sekedar ikut-ikutan, tapi pulang dengan hati hangat dan kepala penuh inspirasi.

eduaksi 2025

Jadi, Sudah Siap Berani BerAksi?

EduAksi 2025 membuktikan kalau edukasi dan aksi nyata bisa berjalan beriringan. Bahwa isu seberat eksploitasi industri atau dampak lingkungan bisa dikupas dengan cara yang asik, membumi, dan menyentuh generasi muda.

Dan yang paling penting: kita bisa ikut jadi bagian dari perubahan itu.

Lewat acara kemarin, kami tidak cuma jadi penonton, tapi juga pelaku. Kami belajar, berkreasi, dan berbagi. Dan semoga, dari pengalaman itu, akan lahir lebih banyak aksi-aksi kecil yang berdampak besar.

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, dan tips pelajar hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 12