Majalah Sunday

Depresi Bukan Malas!
Yuk, Kenali Tandanya Sebelum Terlambat

Penulis: Salma Aulia Najmah-Universitas Pendidikan Indonesia

Apakah kamu sering merasa sulit untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugasmu ? Kalau pernah, kamu perlu waspada karena bisa jadi kamu sedang depresi. Pada umumnya, orang-orang sering keliru menganggap depresi dan malas adalah hal yang sama. Hal ini disebabkan, orang yang depresi sering tampak lesu, tidak bergairah, dan tidak memiliki semangat seperti orang yang malas. Namun, sebenarnya depresi dan malas itu berbeda, lho! 

Pahami perbedaan depresi dan malas

Pahami perbedaan depresi dan malas

Perbedaan Depresi dan Malas

Menurut Iyus Yosep (Dirgayunita, 2016: 4), depresi adalah suatu gangguan mental yang terjadi pada alam perasaan dengan ditandai rasa kesedihan, kemurungan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, perasaan bersalah, tidak berdaya dan tidak berguna, serta putus asa. Umumnya, gangguan mental ini terjadi pada usia remaja sampai dewasa. Depresi pada masa remaja sering kali diabaikan daripada yang terjadi pada masa dewasa. Mengapa? Karena gejala depresi pada remaja dianggap sebagai mood yang berubah-ubah, kepekaan perasaan yang berlebihan, dan gejala yang berfluktuasi (Arsini, dkk, 2023: 2). Dalam penelitian Windfuhr menyebutkan bahwa gangguan depresi pada remaja menjadi faktor terbesar terjadinya bunuh diri. Selain itu, penelitian lain menyebutkan gangguan depresi dapat menyebabkan peningkatan konsumsi rokok, penyalahgunan zat, penurunan fungsi sosial, dan penurunan prestasi akademis.

Sementara itu, dalam KBBI VI malas memiliki arti tidak mau bekerja atau mengerjakan, tidak bernafsu, tidak suka, segan, dan enggan. Dalam penelitian Bella dan Ratna (2018), rasa malas merupakan dampak dari kurangnya disiplin diri dan kecakapan dalam mengatur waktu. Jadi, rasa malas bukan dari faktor genetik.

Jadi, depresi dan malas merupakan dua hal yang berbeda. Depresi merupakan suatu gangguan mental dengan ditandai oleh gejala tertentu, seperti rasa malas atau kehilangan gairah hidup, sedangkan malas merupakan suatu perilaku seseorang yang enggan untuk mengerjakan sesuatu, meskipun sebenarnya mampu dikerjakan. So, Sunners coba amati rasa malasmu. Apakah kemalasan kamu bersifat biasa dan terjadi pada umumnya, ataukah kemalasan yang kamu rasakan benar-benar membuatmu kehilangan tujuan hidup? Nah, mari kita kenali tanda-tanda atau gejala depresi lainnya.

Tanda-Tanda Seseorang Terkena Depresi

Dalam penelitian Aries Dirgayunita (2016) tanda atau gejala umum depresi dibagi menjadi 3, yakni gejala fisik, gejala psikis, dan gejala sosial. 

Gejala Fisik:

  1. Gangguan pola tidur, seperti tidur yang berlebihan (hypersomnia) dan kesulitan tidur (insomnia).
  2. Tingkat aktivitas yang menurun, seperti kehilangan hobi atau minat yang disukai.
  3. Sulit untuk makan atau makan berlebihan.
  4. Gejala penyakit fisik yang sulit hilang, seperti sakit kepala, lambung, dan nyeri kronis.
  5. Merasa berat di tangan dan kaki.
  6. Merasa kesulitan untuk berkonsentrasi, fokus, mengingat, dan memutuskan. 

Gejala Psikis:

  1. Perasaan sedih, cemas, dan hampa yang terus-menerus.

  2. Perasaan pesimis dan putus asa.

  3. Perasaan bersalah, tidak berdaya, dan tidak berharga

  4. Mudah tersinggung dan tidak tenang.

  5. Memiliki pikiran untuk bunuh diri atau keinginan untuk mati.

  6. Sensitif.

  7. Kehilangan rasa percaya diri.

Gejala Sosial:

  1. Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari dengan menarik diri atau menyendiri dari lingkungannya.
  2. Tidak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu.
  3. Kehilangan hasrat atau gairah untuk hidup dan memiliki keinginan bunuh diri.

Penyebab Depresi

Setelah kita mengetahui tanda atau gejala depresi, kita perlu tahu penyebab apa saja yang bisa menimbulkan depresi. Menurut Kaplan dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Dirgayunita, 2016), faktor – faktor penyebab dapat dibagi atas faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Ketiga faktor ini dapat saling mempengaruhi. 

  1.  Faktor Biologi. Beberapa peneliti mengidentifikasi bahwa gangguan mood berkaitan dengan masalah pada sistem limbik, ganglia basalis, dan hypothalamus. Dalam studi biopsikologi, norepinefrin dan serotonin adalah dua neurotransmiter utama yang berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, fluktuasi hormon yang terjadi selama kehamilan dan menopause juga dapat meningkatkan risiko depresi. Selain itu, penyakit fisik yang berlangsung lama dan menyebabkan stres juga dapat memicu depresi.
  2. Faktor Psikologis/Kepribadian, seperti individu yang memiliki harga diri rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping, cenderung mengalami depresi. Menurut Nolen–Hoeksema dan Girgus, ketika seseorang merasa tertekan, mereka seringkali lebih fokus pada tekanan tersebut dan secara pasif merenung ketimbang mencoba mengalihkan perhatian atau melakukan sesuatu untuk mengubah situasi.Akibatnya, individu yang depresi mungkin merasa tidak dapat mengendalikan lingkungan atau kondisi mereka sendiri, yang dapat menyebabkan pesimisme dan apatis. 
  3. Faktor sosial, seperti individu yang pernah mengalami kejadian tragis atau kehilangan seseorang atau pekerjaan, melahirkan, masalah keuangan, ketergantungan terhadap narkoba dan alkohol, memiliki trauma masa kecil, terisolasi secara sosial, faktor usia dan gender, tuntutan, dan peran sosial di lingkungannya. 

Penanganan Depresi

  1. Perubahan pola hidup, meliputi dengan melakukan ativitas berolahraga, mengatur pola makan, berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan rekreasi. Untuk melakukan hal ini, seseorang yang depresi perlu memiliki niat yang kuat dan berani untuk berubah.
  2. Terapi psikologi, meliputi terapi interpersonal bantuan, konseling kelompok dan dukungan sosial, dan terapi humor professional yang membantu pasien mempertahankan sikap mental positif, serta terapi kognitif yang memusatkan perhatian pada proses kesulitan emosional pasien.
  3. Pengobatan dengan berkonsultasi pada dokter psikiater atau kejiwaan.

Pencegahan Depresi

  1. Bersikap realitis pada apa yang kita harapkan dan lakukan. 
  2. Saat melakukan kesalahan atau kegagalan, upayakan tidak menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain. 
  3. Tidak membanding-bandingkan kehidupan kita dengan orang lain.
  4. Menceritakan masalah kita kepada orang yang terpercaya supaya mendapatkan dukungan sosial. 
  5. Melakukan olahraga atau aktivitas luar.
  6. Tidak berlarut-larut dalam penyesalan.
  7. Mencoba berpikir positif dan membangun harga diri.
  8. Mencoba bergaul dan tidak menyendiri. 
  9. Mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Depresi bukanlah rasa malas yang biasa, melainkan gangguan mental yang perlu kita perhatikan. Jika kamu sedang atau pernah mengalami depresi, mari kita coba untuk membangun mental yang lebih positif. Karena bukan hanya kesehatan fisik yang harus kita perhatikan, tapi kesehatan jiwa juga penting. Yuk, kita bangun jiwa yang sehat! 

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 101
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?