Penulis: Endah Romadhon – UNJ
Sunners, pernah dengar tidak kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh pengurus pesantren, guru besar, dosen, atau yang baru-baru ini dilakukan oleh seorang disabilitas? Dari semua kasus itu memiliki persamaan, yaitu pelaku dianggap memiliki citra baik dan tidak mungkin melakukan tindakan kekerasan seksual. Ketika kasus-kasus tersebut naik ke permukaan, masyarakat banyak sekali beranggapan tidak percaya kekerasan seksual dilakukan oleh pelaku dan meragukan kebenaran korban bahkan menganggap korban melempar fitnah ke pelaku. Menurut penelitian fenomena tersebut pelaku menggunakan taktik DARVO.
DARVO adalah singkatan dari Deny Attack Reverse Victim and Offender. Taktik DARVO adalah taktik manipulatif yang biasa digunakan oleh pelaku kekerasan seksual untuk menyangkal kekerasan seksual yang telah dilakukan dan berusaha memberikan tanggung jawab tersebut kepada korban. Pelaku memanipulasi korban untuk tetap diam, merasa kebingungan, dan berakhir menyalahkan diri sendiri.
Taktik DARVO memiliki tiga tahapan utama, yaitu:
Pelaku akan menyangkal tindakan kekerasan seksual yang terjadi dengan cara melakukan gashlighting kepada korban agar korban terperdaya dan merusak kepercayaan diri korban, menyangkal dengan cara mengatakan korban terlalu sensitif atau kejadian yang sebenarnya tidak seperti itu, dan menyangkal dengan pelaku mengungkit kembali citra baik dirinya yang tidak mungkin melakukan tindakan kekerasan seksual.
Pelaku akan berusaha menyerang karakter korban dan mempertanyakan kebenaran cerita korban. Hal itu dilakukan pelaku agar masyarakat tidak percaya akan cerita korban dan memihak kepada pelaku. Salah satu contoh attack ada pada kasus seorang disabilitas yang menjadi pelaku kekerasan seksual. Pelaku mengatakan kepada media bahwa “untuk buka baju dan mandi saja saya masih dibantu ibu saya.” Satu kalimat tersebut langsung menggoyahkan kepercayaan masyarakat kepada korban dan mulai mempertanyakan kebenaran korban.
Pada tahapan ini pelaku masih membela diri tidak melakukan kekerasan seksual dan mengubah narasi bahwa pelaku adalah pihak yang dirugikan oleh korban sehingga pelaku menyatakan dirinya bahwa ialah korban sesungguhnya.
Korban semakin tersudutkan oleh masyarakat dan pelaku (Sumber: canva.com)
Terdapat beberapa dampak dari taktik manipulatif ini di antara lain:
Sunners, dengan mengetahui taktik DARVO yang digunakan pelaku membuat diri ini dapat berpikir kritis terhadap kasus-kasus kekerasan seksual, tidak mudah terpengaruhi oleh citra baik sang pelaku, dan tidak mudah terkena manipulasi emosi dari orang lain.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.