Penulis: Fidya Damayanti – Universitas Negeri Jakarta
Suasana Rumah Saat Malam Natal, pict by bing.com
Malam natal tiba dengan gemerlap indah dari pajangan lampu bertirai di pekarangan rumah. Sangat berwarna di antara kegelapan tapi tetap dingin menusuk untuk tubuh flu Boo. Anak lelaki itu sudah sakit sejak dua hari yang lalu bertepatan dengan detik-detik penyambutan hari raya natal. Padahal keluarga besarnya sudah menyiapkan segala macam makanan, hadiah, dan permainan untuk menghibur malam natal.
Mungkin tahun ini Boo sedikit kecewa. Sangat disayangkan karena Boo tak bisa bermain dengan saudara dan pamannya. Mereka semua bermain boneka salju, lempar bola salju, dan membakar daging. Boo hanya menatap dari balik jendela kamarnya penuh keirian. Andai saja dia bertemu dengan Santa Claus, bisa kah dia mendapatkan hadiah kesehatan dan bermain sepuas mungkin di pekarangan rumah itu?
Boo terus mengurung diri di kamar sampai ketukan pintu itu terdengar. Ternyata sang ayah datang dan mengajak Boo untuk ke ruang makan. Di sana sudah ada banyak hadiah natal di bawah pohon cemara kecil. Boo sangat senang dan langsung menerima salah satu hadiah berpita merah dari ayahnya. Senyum lebar mengukir wajahnya dengan bola mata bulat berbinar.
Menerima Hadiah Menjadi Tradisi di Hari Natal, pict by bing.com
“Ayah! Isinya apa? tanya Boo penasaran.
“Coba saja kamu buka. Buku matematika dari ayah ini pasti bisa membuat kamu pintar,” jawab sang ayah.
Boo bergeleng hebat tanda tak terima. Dia sangat membenci matematika dan langsung menyerahkan kado yang ada di tangannya tadi sampai menabrak dada sang ayah. Dengan raut wajah kecewa Boo berlari meninggalkan ayahnya sendirian di ruang makan. Boo kembali ke dalam kamar dan menyelimuti tubuhnya dari hawa dingin.
Sekali lagi Boo iri dengan orang lain yang bisa menikmati malam natal. Saudara dan temannya pasti mendapatkan hadiah keren yang mereka inginkan, sedangkan Boo? Dia justru jatuh sakit dan malah menerima kado buku matematika, sepertinya ayah Boo selalu mendesak dirinya untuk pintar matematika. Padahal Boo lebih suka belajar hal lain dan ingin hadiah yang dia sukai di malam natal.
“Apa aku ambil aja hadiah yang lain? Pasti ada mobil-mobilan!” Ucap Boo.
Terlintas ide nakal dari Boo dan anak itu pun memilih untuk berpura-pura tidur sampai perayaan malam natal itu berakhir. Malam semakin larut dan kini jam sudah menunjukkan pukul 12.06 dini hari yang mana keluarga Boo sudah tidur, termasuk ayah dan mamanya. Perlahan Boo menuruni tangga menuju ruang makan yang hanya diterangi oleh pantulan lampu dari pohon natal.
Kedua kaki mungil itu terus berjalan dan berbelok ke ruang makan sampai tiba pandangannya tertuju pada sosok berbadan besar dan tinggi di dekat pohon natal. Boo sangat terkejut karena penampilan sosok itu sangat mirip dengan Santa Claus. Apakah Boo sedang bermimpi dan permintaannya terkabulkan? Dengan polos Boo kembali melangkah untuk mendekati Santa Claus itu.
“Aku mau minta kado keren! Mobil-mobilan besar, tembakan air, dan seluncuran air. Apa boleh tuan Santa Claus?” Tanya Boo.
Boo berdiri tepat di belakang punggung Santa Claus. Anehnya tak ada balasan dan sang Santa Claus itu hanya mengerang. Merasa diabaikan membuat Boo marah lalu kembali berkata-kata dengan nada yang meninggi sampai sang Santa Claus berdiri dan menoleh ke arah Boo. Anak kecil itu langsung terjatuh dengan lutut yang lemas, bahkan dia tak bisa berteriak. Sosok yang dipikir adalah Santa Claus ternyata berbeda jauh dengan apa yang Boo ketahui.
Bertemu Dengan Sosok Santa Claus yang Menyeramkan, pict by bing.com
Dia tak menyangka Santa Claus punya taring tajam dan berbulu hitam. Tak lupa sorot mata yang menakutkan sampai membuat Boo pipis di celana. Nafasnya berat dan beradu dengan geraman mengerikan dari sosok itu. Boo tak bisa berdiri dan hanya menangis.
“Boo!!! Santa Claus sudah datang, mau hadiah apa?”
Gelak tawa diiringi dengan tangisan Boo menjadi mimpi buruk dalam hidup anak kecil itu. Sangat malang karena bertemu dengan sosok mengerikan yang menyerupai Santa Claus. Boo terus berteriak sampai sosok itu membungkamnya dengan sebuah kotak hadiah kecil bersampul mobil-mobilan lucu. Tanpa berkata apa-apa sosok mengerikan itu menghilang entah kemana dan Boo membuka hadiah dari sosok tadi yang ternyata adalah boneka berwajah Boo sambil memegang mobilan.
Mata boneka itu berkedip dan tersenyum lebar dengan deretan gigi yang tajam. Boo kembali ketakutan dan melemparnya keperapian sampai boneka tadi terbakar hangus. Anak laki-laki itu langsung berlari ke kamar orang tuanya dan menangis di sana. Boo menangis dan berjanji akan terus belajar matematika tanpa meminta hadiah mainan lagi. Orang tua Boo sangat senang dengan senyum selebar wajah mereka.
*****
Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.