Penulis: Mohammad Fahmi Khalid Darmawan – Universitas Negeri Jakarta
FOMO (Fear of Missing Out) merupakan suatu kondisi ketika seseorang merasa takut, cemas, dan khawatir ketika ketinggalan berita, informasi, tren terkini, dan sebagainya. Fenomena ini biasanya berkaitan dengan penggunaan media sosial. Di media sosial, setiap pengguna bebas melakukan apapun seperti memposting foto ataupun video. Orang yang melihat akan merasa cemas dan khawatir apabila dirinya tidak bisa melakukan hal yang sama. Mereka berada di kondisi yang ingin terus update terhadap apa yang dilakukan orang lain di media sosial. Alhasil, orang tersebut akan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
Fenomena ini tentu akan mengganggu kondisi psikologis sesorang, karena akan timbul rasa cemas dan khawatir yang berlebihan jika tidak bisa mengatasinya. Untuk mengetahui lebih lanjut, Yuk simak penjelasan di bawah ini!
Berdasarkan penelitian dari Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP USK oleh Mainidar Sachiyati, Deni Yanuar, dan Uswatun Nisa, bahwa remaja memiliki kebebasan dalam memilih topik yang ada di media sosial sesuai dengan minat masing-masing. Hal ini membuat mereka dapat mengembangkan diri dari adanya informasi-informasi terbaru. Mereka juga merasa berhasil ketika dapat mengikuti tren yang ada di media sosial.
Fenomena ini terjadi karena berawal dari kecanduan dalam bermain sosial media, sehingga mereka akan terus melihat dan meng-update tren apa saja yang sedang muncul di media sosial. Penelitian ini menunjukkan bahwa FOMO dapat mengakibatkan seseorang merasa cemas ketika ketinggalan informasi atau tren terbaru, merasa rendah diri jika postingan mereka tidak mendapat banyak perhatian, dan akan selalu mengikuti tren terbaru agar dapat diterima di lingkungan sosial mereka.
Pada penelitian lain dari SOURCE: Jurnal Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Teuku Umar oleh Widiayanti, Gushevinalti, Dionni Ditya Perdana, bahwa ketika ketinggalan informasi yang ada di Instagram akan merasa takut, gelisah, khawatir, dan cemas. Selain itu, dapat menimbulkan rasa tidak puas. Perasaan ini muncul ketika mereka melihat konten di Instagram yang dirasa menarik dibandingkan diri mereka sendiri. Hal ini dapat membuat seseorang selalu merasa kekurangan.
Orang yang mengalami FOMO dapat dilihat dari ciri-cirinya, seperti:
Seseorang yang mengalami FOMO akan tenggelam dalam dunia sosial media. Mereka akan selalu mencari-cari tren atau update terbaru yang ada di sosial media. Jika mereka melewatkannya, akan merasa takut dan cemas.
Pengidap FOMO akan merasa takut ditolak atau diabaikan dari lingkungan sosialnya. Mereka selalu ingin mengikuti aktivitas apapun agar bisa diterima di lingkungan sosialnya, sekalipun aktivitas yang dilakukan bukan minatnya. Hal ini yang membuat pengidap FOMO untuk selalu mengetahui update dan tren terbaru agar dirinya tidak dikucilkan dari lingkungan sosialnya.
Mengalami kesulitan dalam melakukan manajemen waktu karena hanya digunakan untuk menghabiskannya dengan melihat sosial media. Mereka juga bisa mengalami defisit produktivitas karena penggunaan sosial media sudah mendominasi rutinitas mereka sehari-hari, sehingga mereka lupa melakukan hal-hal lain yang bermanfaat untuk dirinya.
Mereka akan rela merogoh kocek yang dalam demi bisa mengikuti tren terbaru, sekalipun tidak penting bagi mereka dengan alasan agar tidak ketinggalan zaman.
Berikut beberapa dampak dari FOMO yang dikutip dari JAWARA-Jurnal Pendidikan Karakter oleh Taswiyah:
Sosial media menjadi penyebab dari muncul fenomena FOMO. Semakin banyak menggunakan sosial media, akan memungkinkan pikiran kita menjadi terpangaruh terhadap apa yang kita lihat. Oleh karena itu, penting untuk membatasi penggunaan media sosial agar kita bisa fokus terhadap diri sendiri tanpa perlu membandingkannya dengan orang lain.
Fokus terhadap diri sendiri akan lebih baik karena dapat meningkatkan kualitas diri. Cobalah untuk fokus terhadap apa yang ingin diraih, dengan begitu akan membuat kita lebih menghargai diri sendiri dan kepercayaan diri meningkat.
Sebagai makhluk sosial, sudah seharusnya kita berinteraksi dengan orang lain di kehidupan nyata. Membangun koneksi dengan orang lain di dunia nyata akan membuat kita melupakan perasaan FOMO. Bergaul di dunia nyata, akan membuat kita lebih mengetahui masalah yang sedang dialami oleh orang-orang di sekitar kita. Dengan begitu, kita bisa mempertimbangkan untuk tidak merasa iri terhadap kehidupan orang lain.
Dengan mengembangkan hobi kita yang kita miliki akan berdampak positif pada diri sendiri. Kita akan lebih fokus terhadap hobi yang kita jalani ketimbang harus membandingkan diri kita terhadap orang lain. Terlebih, hobi yang kita lakukan dapat meningkatkan kualitas diri.
Bersyukurlah atas apa yang kita miliki dan teruslah berpikir positif. Jalan hidup orang lain dengan diri kita tidaklah sama, jadi kita tidak harus mengikuti apa yang dilakukan oleh orang lain.
Jadi, FOMO yang berlebihan itu tidaklah baik karena akan mempengaruhi mental maupun perilaku seseorang. Janganlah kita selalu mengikuti kehidupan orang lain yang sebenarnya tidak kita sukai. Tetaplah jadi diri sendiri tanpa harus membanding-bandingkannya dengan orang lain. Fokus dalam meningkatkan kualitas diri akan lebih baik terhadap kehidupan kita ke depan. Intinya, setiap orang punya jalan kehidupannya masing-masing.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.