Penulis: Fenina Muta Ratna – Universitas Negeri Jakarta
Sunners, pernahkah kalian melihat orang dengan pola makan yang ekstrem seperti melakukan pembatasan terhadap jumlah makanan yang masuk ke tubuh secara ketat, sehingga menyebabkan orang tersebut mempunyai berat badan jauh di bawah kondisi normal? Jika pernah, hal tersebut perlu diwaspadai, loh, Sunners, karena bisa jadi itu tanda dari gejala anoreksia.
Anoreksia merupakan salah satu jenis gangguan makan yang berasal dari gangguan psikologis dan medis yang serius. Jika ditelaah, kata “Anoreksia” berasal dari bahasa Yunani, yang mempunyai arti tanpa keinginan untuk makan. Hal tersebut merupakan suatu kekeliruan, karena penderita anoreksia jarang kehilangan nafsu makan. Mereka juga merasakan lapar serta memiliki selera terhadap makanan. Hanya saja penderita anoreksia menolak makan dan membuat diri mereka kelaparan sehingga jumlah lemak di dalam tubuh terus menurun sampai batas minimum.
Secara pengertian, menurut American Psychiatric Assosiation (2013) pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5) anoreksia merupakan gangguan makan yang disebabkan oleh persepsi yang salah terhadap berat badan bentuk tubuh yang terdistrosi pada individu tersebut, sedangkan menurut National Library of Medicine, anoreksia merupakan pembatasan asupan nutrisi relatif terhadap kebutuhan, yang menyebabkan berat badan rendah secara signifikan. Pada dasarnya, penderita masalah ini mempunyai ketakutan yang berlebih terhadap kenaikan berat badan atau perubahan tubuh yang menjadi gemuk. Penderita biasanya cenderung tidak sadar dan tidak mampu memahami keseriusan kondisi yang dialamin
Menurut American Psychiatric Assosiation (2013) terbagi menjadi tiga, yaitu:
Selain penjelasan di atas, terdapat ciri-ciri lain yang menjadi ciri awal penderita anoreksia, yaitu: berat berat badan yang tidak stabil dan tidak seimbang dengan umur, postur, serta tinggi tubuh (biasanya mencapai 5% di bawah berat normal). Adapun gejala-gejala lainnya, yaitu:
Menurut Jhonson, dkk., terapi perilaku terbukti efektif dalam meningkatkan berat badan penderita anoreksia. Selain itu, juga terdapat tindakan psikologi klinis, seperti Cognitive Behavior Therapy (CBT), terapi psikodinamik fokal, terapi keluarga, terapi individual, dan psikoterapi ekspresif-suportif (Rakryani, 2021).
Nah, Sunners, itu tadi penjelasan terkait fenomena psikologis ini. Semoga dapat menambah wawasanmu ya. Sampai jumpa lagi di pembahasan selanjutnya!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.