Penulis: Nimas Anggraini Kencanasari – Universitas Negeri Jakarta
Editor: Siti Nurhalizah – Universitas Negeri Jakarta
Covid-19 semakin memburuk menimbulkan kebijakan baru berdiam diri di rumah untuk mengurangi interaksi secara langsung dengan orang lain. Bersekolah dari rumah serta kerja dari rumah. Membuat masyarakat cenderung lebih diakrabkan dengan teknologi yang semakin berkembang pesat salah satunya adalah aplikasi-aplikasi baru pendukung kegiatan dari rumah dengan smartphone, yakni TikTok.
Dari sekian banyak aplikasi terdapat salah satu aplikasi yang booming ketika masa pandemi awal tahun 2020 lalu hingga saat ini yaitu media sosial TikTok. Aplikasi yang menjadi platform berbagi video pendek hasil ekspresi dan kreativitas penggunanya ini berhasil menjadi platform yang digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat sehingga menjadi salah satu produk kebudayaan populer yang lumayan berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat. Salah satunya adalah gaya hidup hedonisme. Hedonisme sendiri merupakan gaya hidup untuk mencari kenikmatan serta kesenangan dalam hidup seiring dengan timbulnya sifat konsumtif dari individu tersebut.
Pandemi Covid-19 yang mengharuskan untuk mengurangi kegiatan diluar rumah dan berbagai toko offline juga ditutup membuat alternatif belanja dari rumah menggunakan online shop semakin marak terjadi. Maka dari itu, tagar yang digunakan dalam video di aplikasi Tik-tok sangat membantu pengguna untuk mencari barang rekomendasi yang mungkin dibutuhkan secara lebih cepat dan dipercaya lebih aman karena sudah dibeli oleh orang lain dan dibuktikan dalam videonya yang menggunakan tagar rekomendasi barang online shop yang ramai digunakan sehingga menjadi viral seperti #shopeehaul, #tokopediahaul, #banggabuatanindonesia, dll. Dengan membawa nama platform online shopnya langsung selain dapat mempermudah memilah barang yang diinginkan juga dapat mendukung gaya hidup hedonisme dan konsumtif karena akses untuk mendapatkan barang lebih mudah.
Seiring berjalannya waktu barang-barang rekomendasi di video Tik-tok mulai beragam. Mulai dari baju, produk makanan, skincare, alat rumah tangga, hingga barang-barang yang unik dan inovatif dengan berbagai bentuk, harga serta jenis. Berangkat dari beragamnya video rekomendasi dari tagar-tagar yang bertebaran di aplikasi Tiktok munculah kembali gaya hidup hedonisme dan konsumtif yang banyak orang tidak sadar bahwa sedang berada pada gaya hidup tersebut.
Terdapat beberapa hal dapat mempengaruhi viralnya video yang mungkin tidak disadari oleh para pengguna Tik-tok sehingga secara tidak langsung dapat membuat pengguna tertarik dengan produk-produk yang ada di dalam video-video dengan atau tanpa hastag rekomendasi barang. Diantaranya yaitu tak sedikit video yang judulnya menggunakan kata-kata yang viral atau tak biasa seperti “racun bangeet”, “nyesel ngga beli.” Dan sejenisnya. Selanjutnya, kebanyakan video dibuat oleh mereka yang berusia relatif muda dan dengan fisik lumayan menarik dengan kisaran usia belasan hingga 20 tahunan.
Hal tersebut didasari oleh sifat hedonisme yang lebih condong dilakukan oleh mereka yang berusia muda juga. Sehingga dengan pembuat video yang kisaran umurnya relatif muda serta dibarengi oleh fisik serta pembawaan asyik yang mendukung, pengguna lain yang juga sebagian besar berasal dari generasi z dengan rentang usia 18 sampai 24 tahun akan lebih gampang terpengaruh serta teracuni oleh barang-barang yang mungkin sebenarnya tidak terlalu mereka butuhkan. Tak sedikit yang hanya melihat barang tersebut lucu atau bagus dikenakan oleh orang lain dalam video Tik-tok sehingga ingin membeli.
Karena pengguna Tik-tok sebagian besar berusia remaja yang pada masa itu adalah masa pencarian jati diri dan identitas, membuat remaja-remaja ini cenderung lebih sering mengikuti trend yang sedang berlangsung tanpa memikirkan kecocokan atau kebutuhannya yang sesungguhnya. Mereka mencari kepuasan diri dengan mengikuti trend.
Biasanya hal tersebut dikarenakan narsisme dikalangan remaja yang tidak ingin kalah tenar dengan yang lainya karena tidak memiliki barang yang sedang trend tersebut. Seperti salah satu merk toner murah yang sempat viral di Tik-tok dan menjadi populer yang membuat banyak orang berbondong-bondong membeli dan memakai toner tersebut kemudian tidak sedikit yang mengeluh menyesal membeli barang tersebut karena tidak cocok dengan jenis kulitnya. Hal tersebut menjadi salah satu dampak hedonisme dan konsumtif yang dilakukan hanya karena mengikuti trend tanpa mencari tahu kecocokan dengan setiap individunya.
Terkadang remaja selalu ingin mengikuti tren, tanpa mempertimbangkan kebutuhan yang sebenarnya, pict by freepik.com
Maraknya video-video hedonisme yang diunggah oleh pengguna TikTok juga mempengaruhi pengguna lainnya yang juga ingin ‘diakui’. Tercermin dari banyaknya unggahan video Tiktok yang mengandung unsur pamer dengan ejekan atau celaan bagi orang yang tidak memiliki barang dengan merk tertentu.
Mereka beranggapan bahwa dengan menunjukkan menggunakan barang-barang dengan merk tertentu dapat menunjukkan status sosial yang tinggi. Perilaku hedonisme dan konsumtif yang dihasilkan dari pengaruh media sosial TikTok tersebut dapat memberikan pengaruh buruk. Jika individu yang mempunyai gaya hidup hedonisme dari kalangan kurang mampu. Tidak menutup kemungkinan akan melakukan segala cara untuk memenuhi gaya hidup hedonnya saat itu juga. Mulai dari berhutang atau yang lainnya yang akan berdampak buruk kedepannya bagi mereka. Karena hal ini, Pengguna media sosial TikTok harus bisa lebih bijak dalam mengatur sifat konsumtif serta gaya hidupnya.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.