Surat Untukmu
Penulis: Endah Romadhon – UNJ
Bahasa Indonesia menjadi Mata Pelajaran yang aku tunggu-tunggu terlebih jika sudah mau memasuki ujian. Hal itu bukan karena aku menyukai Mata Pelajaran tersebut hanya saja setiap selesai mengerjakan latihan soal untuk ujian, Pak Guru akan meminta kita mengumpulkan buku latihannya dan disebar acak ke teman-teman sekelas untuk dikoreksi. Pada saat itulah momen yang kutunggu, momen yang kusuka saat nama dirinya tercantum di buku yang akan aku koreksi jawabannya.
Bukunya memang tidak selalu aku yang dapat, tapi ketika aku mendapatkan bukunya akan aku selipkan surat di antara halaman-halaman buku. Surat yang sudah kutulis secara anonim yang berisi sekadar pujian untuknya, kekaguman diriku kepadanya atau tentang perasaanku kepadanya. Sama seperti sekarang surat itu langsung kuselipkan di antara halaman-halaman bukunya. Surat ini berisi kekaguman dan pujianku kepadanya.
Selamat pagi, siang, atau malam saat kamu membaca ini
Halo! Senang bisa mengoreksi soal latihanmu lagi karena dengan itu selembar kertas ini bisa sampai kepadamu. Minggu lalu aku dengar dari teman-temanku, kamu kepilih jadi perwakilan sekolah kita buat ikut lomba OSN. Kamu keren banget! Bukan cuma sering dapat nilai yang tinggi dan menjadi andalan guru-guru, tapi sekarang kamu menjadi andalan sekolah juga. Aku rasa semua usahamu satu-satu mulai terbayarkan.
Kamu harus tahu ketika aku mengetahui ini, aku sangat senang dan aku harap kamu juga senang dengan apa yang kamu lakukan. Aku mendukungmu, sangat amat mendukungmu! Aku akan selalu mendoakan kesuksesanmu! Bahkan kalau bisa berbagi hari keberuntungan aku akan memberikan hari-hari keberuntunganku kepadamu agar tiap lomba kamu dapat lancar, tidak ada kesialan, dan bisa selalu menang.
Kamu keren, kamu hebat. Aku harap kamu selalu diberikan kesehatan dan diiringi kebahagiaan karena kebahagianmu adalah kebahagianku hehehe… Sampai jumpa di surat-suratku yang lainnya
Salam cinta
Dari diriku yang selalu menyukaimu 🙂
Kata-kata yang kutuangkan di selembar kertas iu benar-benar berisi ungkapan hatiku kepadanya. Aku tak pernah berpikiran dirinya akan mengetahui diriku. Cukup seperti ini aku sudah sangat senang. Aku ingin cepat-cepat mengoreksi jawabannya, mengumpulkan buku ini ke Pak Guru, dan Pak Guru bisa memberikan buku ini kepadanya. Aku tak sabar.
Jawaban demi jawaban sudah dibacakan oleh Pak Guru, aku melihat keseluruhan jawabnnya yang hanya salah dua itu, aku tuliskan jumlah benar dan salah di samping deretan jawabannya, dan bergegas bangun untuk mengumpulan buku ini. Namun, ketika teman-teman ingin mengumpulkan Pak Guru malah mengatakan hal yang membuatku gugup setengah mati.
“Anak-anak bukunya langsung kasihin ke yang punya aja ya. minggu depan Ujian Akhir Semester jangan lupa dipelajarin lagi soal-soal latihannya ya.”
Mati aku, mati. Bagaimana ini? Kalau aku kasih langsung ke dia berarti nanti bakal ketahuan siapa yang sering selipin surat dibukunya.
“Eh yang koreksi punyaku siapa ya? aku mau bukunya dong.” Gawat, sekarang dia udah cariin bukunya.
Mau tidak mau, malu tak malu, aku melangkahkan kakiku ke arahnya dan memberikan bukunya di hadapannya. Aku ingin bergegas ke bangku miliki, tapi sebelum aku melangkah, aku terheran melihat dirinya langsung terburu-buru membuka lembaran kertas bukunya. Sebelum aku bertanya kepadanya, dia sudah menggenggam surat yang kutulis untuknya. Aku terkejut bukan main, aku ingin segera bergegas pergi dari dirinya.
“Akhirnya ketemu juga.” Mendengar ucapannya membuat diriku yang sudah setengah berbalik kembali menghadap ke arahnya. Senyumnya merekah terbingkai di wajahnya, manis sekali. “Selamat siang juga buat orang yang selalu menyukaiku.” Ucapnya dengan senyum manisnya.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.