Majalah Sunday

Misteri Persimpangan Jalan

Penulis: Syelvina Gusmarani – Universitas Negeri Jakarta

Malam itu, aku berdiri di pinggir jalan, menunggu seorang teman yang katanya akan menjemputku. Jalanan lengang, hanya diterangi beberapa lampu jalan yang cahayanya kuning pudar. Bangunan-bangunan jarang, hanya ada hamparan tanah kosong di sisi kanan dan kiri jalan. Tidak ada yang menghalangi pandanganku.

Misteri Persimpangan Jalan

pict by AI.

Aku memandangi jalur aspal yang membentang lurus, seakan membentuk sisi sebuah segitiga siku-siku. Titik A adalah tempatku berdiri, titik B berada di persimpangan tak jauh di depanku, dan titik C terhampar di ujung pandangan, tempat gelap malam tampak menelan jalan itu. Kalau aku titik A, maka titik B adalah persimpangan, sementara titik C jauh di ujung, tempat jalan itu tampak bertemu dengan gelap malam. Dari arah C, suara motor mulai terdengar, menggeram pelan namun semakin jelas. Di kejauhan, arah itu tampak seperti lorong gelap yang dihiasi bayangan pohon-pohon kecil di pinggir jalan, bergerak pelan seiring angin malam yang berhembus.

Motor itu melaju pelan menuju persimpangan. Pengendaranya adalah seorang bapak berbaju batik. Di belakangnya duduk seorang perempuan berjilbab biru panjang, jenis jilbab yang kalau terlalu panjang bisa saja terjerat rantai motor. Aku memperhatikan mereka tanpa alasan jelas, mataku seakan terpaku. Ada sesuatu tentang pemandangan itu yang membuatku tak bisa berpaling.

Motor itu sampai di titik B, lalu berbelok ke arahku. Aku tidak tahu kenapa, tapi rasa aneh mulai merayap. Jalan ini kosong, tak ada orang lain. Lampu jalan yang jaraknya berjauhan hanya memancarkan cahaya temaram, menciptakan bayangan panjang di atas aspal yang retak. Udara malam terasa dingin, membawa aroma tanah lembap dari hamparan kosong di sisi kanan dan kiri jalan. Suara motor itu terdengar terlalu… tenang. Tanpa keraguan, motor itu terus melaju mendekat. Aku menahan napas, berharap tidak terlalu mencolok dalam pandangan mereka.

Namun saat motor itu melewatiku, sesuatu yang tidak masuk akal terjadi. Bapak itu tidak membonceng siapa-siapa.

Aku tertegun. Jelas-jelas tadi aku melihat ada perempuan berjilbab biru duduk di belakangnya. Aku yakin akan hal itu. Jilbab panjangnya berkibar terkena angin, begitu nyata, begitu jelas. Aku menoleh cepat ke belakang, berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan. Motor itu terus melaju menjauh, suara mesinnya perlahan tenggelam dalam keheningan. Tidak ada tanda-tanda perempuan itu.

Keringat dingin mulai membasahi tengkukku. Aku menatap ke jalur yang tadi mereka lewati. Tidak ada yang aneh, jalannya kosong seperti biasa. Tapi di kepalaku, pertanyaan itu terus bergema: siapa perempuan berjilbab biru itu?

Aku mencoba mengabaikan pikiran aneh ini. Mungkin aku hanya salah lihat. Lampu jalan yang redup atau pantulan cahaya entah dari mana bisa saja membuat mataku keliru. Tapi, aku tahu aku tidak salah. Aku melihatnya. Aku melihat mereka.

Temanku akhirnya datang, membawaku pergi dari tempat itu. Tapi sepanjang perjalanan, bayangan jilbab biru itu terus terngiang. Aku tidak bisa menghilangkannya dari pikiranku. Bahkan ketika aku mencoba bercanda dengan temanku, suara tawaku terasa hampa.

Seminggu kemudian, aku kembali melewati jalan itu. Aku tidak bisa menahan rasa penasaran. Di tempat yang sama, aku berhenti dan bertanya pada penjual gorengan di dekat sana. Dengan nada santai, aku memulai pembicaraan. “Pak, jalan ini sering sepi ya?”

Penjual itu mengangguk. “Iya, Mas. Jalan ini memang jarang dilewati orang, kecuali yang sudah biasa.”

“Oh, begitu… pernah dengar kejadian aneh nggak di jalan ini?” tanyaku sambil mencoba terdengar tidak terlalu serius.

Penjual itu menatapku, seolah ragu ingin menjawab. Tapi akhirnya dia berkata, “Kalau aneh, ya ada, Mas. Beberapa tahun lalu, di ujung sana itu…” Ia menunjuk ke arah C, “…ada kecelakaan. Bapak-bapak sama istrinya. Katanya sih, waktu itu kerudung istrinya nyangkut di rantai motor.”

Darahku berdesir. Aku menelan ludah, mencoba menenangkan diriku sendiri. “Terus, gimana?”

“Ya, dua-duanya meninggal, Mas. Dari situ kadang orang cerita suka lihat bapak sama ibu-ibu berjilbab biru lewat sini. Tapi saya nggak tahu ya, itu beneran apa cuma cerita orang-orang aja.”

Aku mengangguk, tidak bisa berkata apa-apa. Aku tahu apa yang kulihat malam itu. Dan sepertinya, aku tidak akan pernah bisa melupakan jilbab biru yang berkibar itu.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 3
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?