Penulis: Ari Setiawan – Majalah Sunday
Keperawanan adalah hal yang sering menjadi perhatian dan kekhawatiran banyak orang, terutama perempuan. Banyak mitos yang beredar tentang keperawanan, seperti selaput dara yang bisa menunjukkan apakah seseorang masih perawan atau tidak, atau darah yang keluar saat pertama kali berhubungan seksual. Namun, sebenarnya banyak mitos tersebut yang tidak benar dan tidak memiliki dasar ilmiah. Berikut adalah beberapa mitos keperawanan dan fakta-faktanya.
Daripada percaya mitos keperawanan yang gak jelas, cek faktanya berikut ini, pict by canva.com
Mitos: Selaput dara adalah semacam segel yang menutupi lubang vagina dan hanya bisa robek saat pertama kali berhubungan seksual. Jika selaput dara tidak robek, berarti perempuan tersebut masih perawan.
Fakta: Selaput dara bukanlah segel yang menutupi lubang vagina, melainkan lipatan jaringan elastis di sekitar lubang vagina. Selaput dara bisa memiliki bentuk, ukuran, dan ketebalan yang berbeda-beda pada setiap perempuan. Selaput dara juga bisa robek atau meregang karena berbagai aktivitas, seperti olahraga, bersepeda, menggunakan tampon, atau masturbasi. Jadi, selaput dara bukanlah indikator keperawanan.
Mitos: Darah yang keluar saat pertama kali berhubungan seksual adalah bukti bahwa perempuan tersebut masih perawan dan selaput daranya robek.
Fakta: Tidak semua perempuan mengalami pendarahan saat pertama kali berhubungan seksual. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti selaput dara yang sudah robek sebelumnya karena aktivitas lain, selaput dara yang sangat elastis dan tidak mudah robek, atau kurangnya pelumas saat berhubungan seksual. Pendarahan juga bisa terjadi karena luka pada dinding vagina atau infeksi. Jadi, darah bukanlah bukti keperawanan.
Mitos: Vagina perempuan yang tidak perawan akan menjadi longgar dan tidak bisa kembali seperti semula. Vagina perempuan yang masih perawan akan lebih rapat dan sempit.
Fakta: Vagina adalah organ otot yang bisa meregang dan mengencang sesuai dengan kondisi tubuh. Vagina bisa meregang saat berhubungan seksual atau melahirkan, tapi bisa kembali mengencang setelahnya. Ukuran vagina juga dipengaruhi oleh faktor genetik, usia, hormon, dan kesehatan. Jadi, vagina tidak akan menjadi longgar hanya karena tidak perawan.
Apakah kamu pernah mendengar sebagian mitos di atas? pict by canva.com
Mitos: Pinggul dan payudara perempuan yang tidak perawan akan menjadi lebih besar dan lebar karena pengaruh hormon seksual. Pinggul dan payudara perempuan yang masih perawan akan lebih kecil dan sempit.
Fakta: Pinggul dan payudara perempuan dipengaruhi oleh faktor genetik, usia, nutrisi, dan kesehatan. Hormon seksual memang berperan dalam perkembangan pinggul dan payudara perempuan, tapi tidak ada hubungannya dengan keperawanan. Pinggul dan payudara perempuan bisa bertambah besar saat pubertas, menstruasi, kehamilan, atau menopause. Jadi, pinggul dan payudara bukanlah ukuran keperawanan.
Mitos: Perempuan yang tidak perawan adalah perempuan yang suka berganti-ganti pasangan seksual dan tidak memiliki moral yang baik. Perempuan yang masih perawan adalah perempuan yang setia dan sopan.
Fakta: Keperawanan tidak menentukan perilaku seksual seseorang. Perempuan yang tidak perawan bisa saja hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan saja dalam hidupnya, atau bahkan belum pernah berhubungan seksual sama sekali. Perempuan yang masih perawan juga bisa saja memiliki fantasi atau keinginan seksual yang beragam. Perilaku seksual seseorang dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, budaya, dan agama. Jadi, keperawanan bukanlah ukuran perilaku seksual.
Mitos: Perempuan yang tidak perawan sudah kehilangan kesuburannya dan tidak bisa hamil. Perempuan yang masih perawan akan lebih mudah hamil.
Fakta: Keperawanan tidak berpengaruh pada kesuburan perempuan. Perempuan yang tidak perawan masih bisa hamil jika berhubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi dan pada masa subur. Perempuan yang masih perawan juga bisa hamil jika ada sperma yang masuk ke vagina, meskipun tidak melakukan penetrasi. Jadi, keperawanan bukanlah faktor kesuburan.
Mitos: Perempuan yang tidak perawan sudah kehilangan sensasi dan kenikmatan saat berhubungan seksual. Perempuan yang masih perawan akan merasakan orgasme yang luar biasa saat pertama kali berhubungan seksual.
Fakta: Keperawanan tidak mempengaruhi kemampuan perempuan untuk menikmati seks. Perempuan yang tidak perawan masih bisa merasakan sensasi dan kenikmatan saat berhubungan seksual, tergantung pada faktor psikologis, fisik, dan emosional. Perempuan yang masih perawan juga tidak selalu merasakan orgasme saat pertama kali berhubungan seksual, karena orgasme dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti stimulasi klitoris, komunikasi, dan kenyamanan. Jadi, keperawanan bukanlah ukuran kenikmatan seks.
Mitos: Perempuan yang tidak perawan sudah terpapar oleh banyak kuman dan virus penyebab penyakit menular seksual. Perempuan yang masih perawan bebas dari penyakit menular seksual.
Fakta: Keperawanan tidak menjamin status kesehatan seseorang. Perempuan yang tidak perawan bisa saja sehat dan bebas dari penyakit menular seksual jika selalu berhubungan seksual dengan aman dan menjaga kebersihan organ intimnya. Perempuan yang masih perawan juga bisa tertular penyakit menular seksual jika ada kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah orang yang terinfeksi, atau melalui jarum suntik atau transfusi darah. Jadi, keperawanan bukanlah ukuran kesehatan.
Yuk kembangkan pengetahuanmu terkait fakta dan mitos terkait keperawanan, pict by canva.com
Demikianlah beberapa mitos dan fakta populer tentang keperawanan perempuan dan fakta-faktanya. Semoga artikel ini bermanfaat Sunners untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan seksual.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.