Majalah Sunday

Mengenal Thantophobia,
Rasa Takut Kehilangan Orang Tersayang

Penulis: Salma Aulia Najmah – Universitas Pendidikan Indonesia

Thantophobia adalah ketakutan yang berlebihan terhadap kehilangan orang-orang yang dicintai, termasuk pasangan, keluarga, atau teman. Berbeda dengan ketakutan umum yang wajar dalam hubungan, thantophobia dapat mengganggu kualitas hidup dan hubungan sosial penderitanya. Sebagian orang dengan thantophobia mungkin menjadi sangat protektif terhadap orang yang mereka cintai. Sementara itu, ada pula yang justru menghindari hubungan emosional untuk mengurangi risiko kehilangan. Ketakutan ini bukan hanya tentang kematian, tetapi juga mencakup kehilangan hubungan, kesempatan, dan impian, yang semua itu menjadi sumber kecemasan yang berat bagi mereka yang mengalaminya. Istilah thantophobia seringkali disamaartikan dengan istilah thanatophobia. Padahal, keduanya memiliki arti yang cukup berbeda, lho! Thanatophobia merujuk pada rasa takut yang berlebihan terhadap kematian diri sendiri dan orang lain. 

Penting untuk diingat bahwa thantophobia jauh lebih dalam daripada sekadar kesedihan atau kecemasan biasa yang dialami orang saat menghadapi kehilangan. Hal ini merupakan kondisi yang lebih kompleks dan sering kali memerlukan bantuan profesional untuk membantu seseorang mengatasi rasa takut yang tak terkendali ini. Memahami thantophobia dapat membantu kita lebih peka terhadap perasaan orang lain dan mendukung mereka yang berjuang dengan ketakutan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Cari tahu penyebab dari Thantophobia, yuk!

Penyebab Thantophobia

Dilansir dari Alodokter dan Sampoerna University, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab thantophobia, di antaranya: 

  1. Krisis kepercayaan dan trauma masa kecil, seperti pelecehan, kehilangan orang tercinta, atau perceraian orang tua, dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan thantophobia.
  2. Faktor usia dapat berperan dalam kemunculan thantophobia, apalagi dengan seseorang yang lebih tua mungkin lebih rentan terhadap ketakutan ini.
  3. Kesulitan finansial sering kali dikaitkan dengan meningkatnya kecemasan dan ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai.
  4. Orang yang mengalami gangguan kecemasan, PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder), depresi, dan kondisi mental lainnya cenderung lebih mungkin merasakan ketakutan berlebihan terhadap kehilangan.

Thantophobia merupakan ketakutan mendalam akan kehilangan orang yang dicintai, tidak selalu memiliki penyebab yang jelas. Namun, faktor-faktor di atas seringkali menjadi pemicu yang signifikan dalam perkembangan kondisi ini.

Gejala Thantophobia

Gejala thantophobia ditunjukan dengan beberapa perilaku, di antaranya: 

  1. Membatasi pasangan berinteraksi dengan orang lain, terutama yang berlawanan jenis.
  2. Selalu memeriksa ponsel dan lokasi pasangan tanpa henti.
  3. Menunjukkan kemarahan yang besar dan selalu merasa gelisah jika pasangan tidak menjawab telepon atau membalas pesan.
  4. Merasa cemburu tidak hanya kepada teman, tetapi juga kepada anggota keluarga pasangan.
  5. Mempercayai bahwa pasangan hanya bisa merasa aman jika berada di dekatnya.
  6. Mengambil alih keputusan terkait hal-hal yang menyangkut pasangan.
  7. Sering berusaha mempengaruhi pasangan untuk tidak menyukai sesuatu.

Dampak Thantophobia

Penderita thantophobia seringkali overprotective terhadap pasangannya. Hal ini berisiko mempengaruhi hubungan yang dijalin dengan pasangan. Hubungan yang toxic dapat mempengaruhi kualitas hubungan pasangan. 

Cara Mengatasi Thantophobia

Dilansir dari Alodokter, ada beberapa cara untuk mengatasi thantophobia, di antaranya: 

  1. Belajar cara mencintai dengan tepat, sehingga tidak bersikap overprotective. Untuk menciptakan hubungan yang sehat perlu fokus pada pada penerimaan kelebihan dan kekurangan pasangan, hargai kebebasan mereka, dan dengarkan pendapatnya. 
  2. Memahami pentingnya kepercayaan. Kepercayaan adalah fondasi yang krusial dalam hubungan. Mulailah dengan kejujuran, tidak mengingkari janji, dan saling memaafkan.
  3. Minta pendapat orang lain. Curhat kepada orang yang dipercaya dapat memberikan perspektif baru. Tanyakan pendapat mereka tentang cara kamu memperlakukan orang yang dicintai. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater juga bisa membantu memahami dan mengelola perasaanmu.
  4. Menjalani terapi. Jika diperlukan, psikolog atau psikiater mungkin akan merekomendasikan terapi perilaku kognitif untuk mengubah pola pikir dan respons negatif saat menghadapi ketakutan. Obat-obatan juga dapat diresepkan untuk mengatasi kecemasan. Mengadopsi pola hidup sehat juga dianjurkan untuk menjaga kesehatan mental dan fisik.

     

Takut kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang wajar. Namun, ingatlah bahwa setiap pertemuan pasti ada akhirnya. Oleh karena itu, lakukanlah hal-hal baik dengan orang-orang yang kamu cintai agar bisa menciptakan kenangan indah yang akan selalu diingat.

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 79
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?