Penulis: Andi Audia Faiza Nazli Irfan – Universitas Hasanuddin
Apakah kamu pernah mendengar nama Haruki Murakami? Dia merupakan penulis novel asal Jepang yang populer di kalangan pembaca. Pria kelahiran Kyoto ini telah banyak menghasilkan beberapa novel fiksi, di antaranya Norwegian Wood, IQ84, Dunia Kafka, dsb.
Selain dia, banyak juga penulis novel asal Jepang yang karyanya digandrungi di Indonesia. Osamu Dazai, Keigo Higashino, Sayaka Murata, merupakan penulis asal Jepang lainnya yang karyanya mudah didapatkan di Indonesia. Jika novel fiksi Jepang punya pasar di Indonesia, lalu apakah keunikan novel tersebut?
*Peringatan: tulisan ini memuat spoiler
Novel fiksi Jepang ini merupakan karya populer dari Murakami. Ia bergenre fiksi romansa. Menceritakan perjalanan cinta Toru Watanabe, seorang mahasiswa Tokyo yang berkepribadian tenang. Ia terjebak dalam dilema romansa-emosional antara dua wanita, yaitu Naoko yang lembut sekaligus rapuh dan Midori yang ceria sekaligus penuh kebebasan.
Norwegian Wood (Haruki Murakami)
Narasi novel fiksi Jepang ini berisikan karakter yang menghadapi berbagai pengalaman emosional yang berat, termasuk kehilangan, kesendirian, dan proses pendewasaan. Novel ini juga memuat isu-isu kesehatan mental seperti trauma dan depresi, serta kesedihan
Ada bagian dalam novel tersebut yang menggambarkan situasi realisme magis. Ada saat Naoko melakukan sesuatu yang ia sadari sekaligus ia tidak sadari di hadapan Watanabe. Setelah bertindak seperti itu, ia bertindak seperti orang asing kepada Watanabe.
Novel fiksi Jepang ini bergenre misteri fantasi. Narasi berlatar di sebuah toko kelontong tua yang dulunya dimiliki oleh seorang pria bernama Yuji Namiya, yang suka memberikan nasihat kepada orang-orang yang menulis surat tentang masalah pribadi mereka.
Di masa kini, tiga pemuda merampok kecil dan bersembunyi di toko tersebut. Saat malam tiba, mereka ternyata melintasi waktu dengan menemukan sebuah surat dari masa lalu.
Keajaiban Toko Kelontong Namiya (Keigo Higashino)
Setiap surat membawa cerita unik yang menggambarkan berbagai masalah hidup, seperti cinta, penyesalan, mimpi, dan harapan. Tiga pemuda tersebut kemudian belajar tentang takdir, kebaikan, keikhlasan, dan pentingnya membantu orang lain.
Novel ini berlatarkan sebuah kafe kecil bawah tanah di Tokyo yang menembus ruang dan waktu (time travel). Pengunjung kafe bisa melakukan perjalanan ke masa lalu atau masa depan, tetapi dengan durasi yang sangat terbatas (kopi panas yang disajikan menjadi dingin).
Funiculi Funicula oleh Toshikazu Kawaguchi (2015)
Ada empat cerita perjalanan waktu. Dua di antaranya adalah wanita yang ingin bertemu kembali dengan pacarnya sebelum putus. Adik yang ingin meminta maaf kepada kakaknya.
Penulis mengemas kegiatan sehari-hari, yakni santai-santai sambil minum kopi dengan hal yang tak masuk akal. Hal fantasi itu seolah-olah terjadi di antara kenyataan. Pembaca diajak mengerti waktu, cinta, dan penerimaan.
Tiga novel di atas sama-sama bergenre fantasi seperti sihir. Ceritanya memuat keajaiban dan hal-hal yang tidak masuk akal, tetapi dimuat dalam kenyataan sehari-hari seperti ngomong dengan seseorang, berkumpul bersama teman, dan santai dengan meminum kopi.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.