Majalah Sunday

Terjebak Ruminasi? Lakukan Cara Ini Untuk Mengatasinya

Penulis: Salma Aulia Najmah – Universitas Pendidikan Indonesia

Ruminasi diibaratkan seperti membolak-balik halaman buku yang sama berulang kali. Remez Sasson (Dewajeni dan Karneli, 2020: 339) mengibaratkan seperti tubuh yang terikat menggunakan tali yang terhubung pada sebuah tiang dan berulang kali berputar-putar saja. Jadi, seperti yang dikemukakan oleh Nolen-Hoeksema dalam penelitiannya, ruminasi merupakan kecenderungan seseorang dalam memikirkan sesuatu secara berulang mengenai penyebab, faktor situasi, dan konsekuensi dari pengalaman negatif yang pernah dialami (Fiqih dan Hendriani, 2022: 63).

Ruminasi atau yang biasa dikenal dengan istilah “overthinking” sering kali melanda remaja, apalagi remaja perempuan. Kok bisa?

Perempuan lebih mungkin cenderung mengalami ruminasi dibandingkan laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam cara mereka menghadapi dan memikirkan stres. Anak laki-laki biasanya lebih fokus pada stres yang bisa mereka kendalikan atau pecahkan, seperti masalah akademis atau konfrontasi fisik. Sementara itu, anak perempuan seringkali merenungkan stres emosional dan masalah pribadi yang lebih sulit dipecahkan, serta cenderung mengabaikan pengelolaan emosi negatif. Selain itu, peran sosial-emosional perempuan, seperti pengasuhan anak dan hubungan romantis juga menimbulkan kecenderungan ruminasi yang lebih dibanding laki-laki (Fiqih dan Hendriani, 2022: 69).

Ketahui penyebab ruminasi

Ketahui penyebab ruminasi

Penyebab Ruminasi

Dikutip dari theasianparent yang melansir dari American Psychological Association, penyebab ruminasi sebagai berikut.

  1. Seseorang menyakini dengan merenungkan masalah akan mendapatkan wawasan tentang isu tersebut.
  2. Seseorang yang memiliki riwayat trauma fisik atau emosional.
  3. Seseorang menghadapi stressor berkelanjutan yang tidak dapat dikendalikan.
  4. Seseorang yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu, seperti perfeksionis.
  5. Seseorang yang fokus berlebihan terhadap hubungannya dengan orang lain, seperti terlalu berharap kepada pasangannya sehingga banyak melakukan perngorbanan dalam mempertahankan hubungan tersebut.

Proses dan Dampak Ruminasi

Menurut Susan Nolen-Hoeksema (Dewajani dan Karneli, 2020: 340) terdapat tiga proses tahapan ruminasi, yakni:

  1. Tahap pertama. Ruminasi menyebabkan seseorang terus-menerus memikirkan masa lalu yang menyakitkan, yang dapat mengakibatkan perasaan tertekan.
  2. Tahap Kedua. Ruminasi menghalangi kemampuan individu untuk memecahkan masalah secara efektif, sering kali menyebabkan berpikir pesimis dan fatalistik.
  3. Tahap Ketiga. Ruminasi dapat menghancurkan perilaku fungsional seseorang dan memicu keadaan depresi, sering disertai dengan kecemasan yang berlebihan.

Cara Mengatasi Ruminasi

  1. Cobalah mengalihkan perhatian ke hal-hal lain yang menyenangkan, seperti menghubungi keluarga atau teman, menonton film, melakukan pekerjaan rumah, menggambar, melukis, membaca buku, berjalan-jalan, dan sebagainya.
  2. Buatlah rencana untuk memperbaiki diri dimulai dari tujuan hidup. Dengan memiliki tujuan hidup yang jelas, pikiran akan lebih terfokus pada hal-hal positif.
  3. Berlatihlah mindfulness. Dengan berlatih mindfulness akan lebih menyadari suara sekitar, apa yang dilihat, dan sensasi yang dirasakan saat ini. Bisa dengan mengatur napas dan tetap fokus meskipun pikiran kembali ruminasi.
  4. Hilangkan kebiasaan self-critism. Dengan mengurasi kebiasaan mengkritik dan menghakimi diri sendiri akan membuat diri merasa lebih dihargai. Kebiasaan ini bisa diganti dengan self-compassion, yaitu menggunakan kata-kata dengan kasih sayang dan pengertian saat memikirkan kegagalan atau kelemahan diri.
  5. Lakukan konsultasi dengan professional jika ruminasi terus berlanjut dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Ruminasi dapat menjadi hambatan serius bagi kesejahteraan mental jika tidak diatasi dengan baik. Penting untuk memahami dampak dan prosesnya, sehingga kita dapat lebih baik dalam mencari cara untuk mengelola dan mengurangi pola pikir yang merugikan ini. Dengan menerapkan lima cara di atas dapat membantu menangani ruminasi. Namun, selalu ingatlah jangan sampai kita terjebak ruminasi atau membiarkan ruminasi mengendalikan hidup kita. Mulai sekarang, mari ambil tindakan dan temukan cara baru untuk bergerak maju dengan lebih positif.  

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 7
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?