Penulis: Niken Cinthya Saputra – Universitas Padjadjaran
Pemimpin itu terlahir sebagai pemimpin atau dibentuk oleh kebiasaan? Pernah nggak sih sunners mendengar perdebatan tentang kepemimpinan. Ini adalah pertanyaan yang sudah lama menjadi bahan diskusi di banyak kalangan. Beberapa orang percaya bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri seseorang sejak lahir bahwa ada orang-orang tertentu yang memang “ditakdirkan” untuk memimpin. Di sisi lain, ada pandangan yang mengatakan bahwa siapapun bisa menjadi pemimpin asalkan mereka mau belajar, berusaha dan berlatih. Sebagai pelajar, sunners mungkin bertanya-tanya, apakah aku bisa menjadi pemimpin? Atau apakah kepemimpinan itu hanya untuk mereka yang sudah dilahirkan dengan bakat tersebut? Artikel ini akan membantu menjawab kekhawatiran sunners dengan mengupas tuntas tentang kepemimpinan baik dari sudut pandang bahwa pemimpin itu dilahirkan, maupun bahwa pemimpin itu dibentuk.
Beberapa ahli percaya bahwa ada sifat-sifat tertentu yang memang sudah tertanam dalam diri seseorang sejak lahir, yang menjadikannya sosok pemimpin. Terdapat dua teori yang mendukung gagasan bahwa pemimpin sudah ditakdirkan untuk terlahir sebagai pemimpin dan bukan dibentuk, yaitu Teori Great Man dan Teori Sifat (Trait Theory).
Teori Great Man muncul pada abad ke-19 dan dipopulerkan oleh sejarawan Skotlandia, Thomas Carlyle. Carlyle berpendapat bahwa sejarah dunia pada dasarnya adalah biografi dari orang-orang hebat. Menurut teori ini, pemimpin adalah seorang yang sudah dilahirkan dengan kualitas unik sehingga membuat mereka mampu mempengaruhi banyak orang. Berdasarkan teori ini, mereka yang memegang posisi kekuasaan memang layak mendapatkannya karena mereka telah dikaruniai sifat-sifat khusus sejak lahir.
Teori Sifat (Trait Theory) melanjutkan gagasan Carlyle dengan menyatakan bahwa kepemimpinan berasal dari gabungan sifat-sifat bawaan seperti kepribadian, kemampuan fisik, dan kecerdasan. Teori ini mengklaim bahwa pemimpin memiliki ciri-ciri tertentu yang membuat mereka cocok untuk peran tersebut. Jika seseorang memiliki sifat-sifat yang tepat, mereka diyakini dapat meningkatkan kinerja suatu kelompok atau organisasi. Beberapa penelitian ilmiah mendukung gagasan ini, seperti penelitian yang menunjukkan adanya dasar genetik dalam kepemimpinan.
Selain itu, tingkat kecerdasan juga sering kali dianggap sebagai faktor bawaan yang mempengaruhi kemampuan kepemimpinan. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan seseorang sebagian besar diwariskan dari orang tua mereka. Tidak hanya kecerdasan, beberapa sifat psikologis, yang dikenal sebagai “Big Five” (Extroversion, Neuroticism, Agreeableness, Conscientiousness, dan Openness), juga dianggap memiliki komponen genetik. Meskipun lingkungan tetap berperan dalam perkembangan kecerdasan dan sifat-sifat ini, namun pengaruh genetik tidak dapat diabaikan. Faktor geografis juga turut berperan dalam peluang seseorang untuk menjadi pemimpin. Beberapa studi menunjukkan bahwa orang yang lahir di negara tertentu memiliki akses lebih baik ke sumber daya seperti sistem pendidikan yang lebih baik, yang dapat meningkatkan peluang mereka untuk menjadi pemimpin.
Beberapa orang juga percaya bahwa pemimpin tidak hanya sudah memiliki bakat saja sejak dilahirkan, tetapi dapat dibentuk melalui pelatihan dan dedikasi. Teori ini menekankan bahwa dengan belajar dan berlatih, siapapun bisa menjadi pemimpin terlepas dari latar belakang genetik mereka. Misalnya, Behavioral Leadership Theory mengajarkan bahwa pemimpin bisa mengembangkan keterampilan tertentu dan mempraktikkan perilaku yang membuat mereka cocok untuk peran tersebut, bukan hanya bergantung pada bakat alami. Teori ini juga mengatakan bahwa pemimpin yang hebat terus belajar dan berkembang sepanjang hidup mereka.
Contoh nyata dari teori ini adalah berbagai gaya kepemimpinan seperti People-Focused, dimana pemimpin memprioritaskan kebutuhan orang lain dan berfokus pada komunikasi yang efektif. Ada juga Task-Focused, yang lebih memprioritaskan pencapaian tujuan dan struktur. Selain itu, terdapat Participative Leadership yang artinya melibatkan seluruh tim dalam proses pengambilan keputusan, memanfaatkan kekuatan dan kelemahan anggota tim untuk mencapai hasil terbaik.
Dalam dunia profesional, banyak sumber daya seperti buku, kursus, dan video yang dibuat untuk melatih kepemimpinan seseorang. Penelitian juga menunjukkan bahwa terus berusaha mengembangkan diri adalah salah satu kunci sukses, termasuk dalam kepemimpinan. Pemimpin yang memiliki semangat dan dedikasi, walaupun kemungkinan tidak dilahirkan dengan bakat alami, biasanya lebih berhasil dalam memotivasi tim mereka dibandingkan dengan orang yang kurang memiliki ambisi. Jadi, yang terpenting itu kemauan untuk terus belajar dan berkembang.
Sumber Gambar: Pexels
Jadi, apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibentuk? Sebenarnya, kedua jawaban tersebut bisa dijadikan sebagai jawaban. Beberapa orang mungkin memang memiliki bakat alami untuk memimpin, tetapi banyak juga yang berhasil menjadi pemimpin hebat melalui usaha dan latihan. Yang terpenting adalah kemauan untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Jadi, sunners jangan ragu untuk menggali potensi kepemimpinan kalian karena siapa pun bisa menjadi pemimpin dengan dedikasi dan semangat! So sunners, tunggu apa lagi? Yuk mulai latihan untuk mengembangkan bakat kepemimpinan kalian!
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.