Majalah Sunday

Bentuk-Bentuk Pelecehan
Seksual (Bag. 3): VISUAL

Penulis: Elfrida Sakti
Editor: Imani – UNJ

Pada dasarnya, perempuan dan laki-laki memiliki risiko yang sama dalam menjadi korban pelecehan seksual, salah satunya visual.

pelecehan seksual
Perempuan menjadi korban pelecehan seksual terbanyak, pict by canva.com

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Lentera Sintas Indonesia, sekitar 46.7% dari 12.812 total peserta perempuan mengaku pernah mengalami pelecehan seksual, dan sekitar 28.6% dari total peserta laki-laki mengaku pernah menjadi korban pelecehan seksual. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua orang bisa dan rentan menjadi korban pelecehan seksual. Menurut Survei Lawan Pelecehan, terdapat sekitar 15% perserta survei mengaku telah mengalami pelecehan secara visual.

Pelecehan jenis ini kerap kali terjadi di dunia nyata, namun tidak menutup kemungkinan pula pelecehan visual ini terjadi di dunia digital. Dalam dunia digital contohnya yang sering terjadi adalah mengirim foto atau video yang berbau pronografi, mengirim poster, stiker, gif, atau meme berbau seksual, hingga pelecehan melalui media komunikasi elektronik seperti chat WhatsApp, email, dan lain-lain yang berisikan pesan tidak pantas. 

Selain itu, pelecehan seksual yang terjadi  di dunia nyata contohnya secara sengaja memperlihatkan alat kelamin pada seseorang, masturbasi di tempat umum, atau bisa juga dengan mengisyaratkan prilaku seperti menjilat bibir, mengedipkan mata, isyarat menggunakan jari tangan, sampai memberikan gestur, tatapan dan ekspresi wajah tertentu yang membuat tidak nyaman.

Seputar Pelecehan Seksual Visual

pelecehan seksual
Pulang malam bukan menjadi alasan seseorang untuk membela pelaku pelecehan seksual

“Makanya, jangan suka pulang malam!”

“Makanya, jangan pergi sendirian!”

Padahal, pada kenyataannya, kejadian pelecehan seksual sering kali terjadi pada siang hari dan terjadi di tempat umum yang ramai pula. Menurut Survei Lawan Pelecehan, tingkat terjadinya pelecehan seksual yang sering terjadi adalah pada waktu siang hari, yaitu sebesar 35%, diikuti dengan pada waktu sore hari yaitu sebesar 25%, malam hari 17%, dan pagi hari 17%. Jadi kesimpulannya, pelecehan seksual tidak mengenal waktu, hal tersebut bisa terjadi kapan saja tanpa, untuk itu kita semua diharuskan untuk selalu waspada setiap saat.

“Kalau nggak mau diliatin orang, jangan pakai baju terbuka dong!”

Menurut survei yang dilakukan oleh Hollaback! Jakarta, perEMPUan, Lentera Sintas Indonesia, Perkumpulan Lintas Feminis Jakarta (JFDG), dan Change.org, pelecehan yang terjadi pada setiap orang sebesar 18% korbannya mengenakan rok atau celana panjang, sebesar 16% korbannya mengenakan baju lengan panjang, 17% korban mengenakan hijab, sebesar 14% korban sedang mengenakan baju longgar, dan 14% korban sedang mengenakan seragam sekolah. Angka tersebut membuktikan bahwa terjadinya kasus pelecehan seksual apapun, khususnya secara visual, tidak disebabkan oleh pakaian yang dikenakan oleh korban. Pelecehan seksual terjadi karena murni niat si pelaku untuk melecehkan.

Kasus Nyata Pelecehan Seksual Visual

pelecehan seksual
Bukan salah pakaian korban mengalami pelecehan seksual

Seorang perempuan berinisial R sedang berjalan dari rumahnya menuju supermarkert, saat itu ia sedang mengenakan pakaian berupa kaos longgar dan celana panjang, saat sedang berjalan tiba-tiba ada seorang bapak-bapak berjalan di sampingnya sambil mengatakan sesuatu, karena pada saat itu ia tidak terlalu mendengar apa yang diucapkan si bapak tersebut, R pun bertanya 

“Kenapa, Pak?” dan dengan ekspresi yang datar si bapak tersebut mengatakan “Tahu tempat buat ng*cok nggak?” sambil memegang alat kelamin miliknya. Saat itu pula R langsung berjalan cepat, bahkan setengah berlari untuk menghindari pelaku tersebut, sesampainya di supermarket, ia langsung melihat keadaan sekitar, mengecek kalau-kalau ternyata pelaku pelecehan tersebut mengikutinya ke supermarket. Untung saja tidak.

Berdasarkan riset yang diadakan oleh Thomson Reuters Foundation pada tahun 2017, Jakarta menjadi urutan ke 9 sebagai kota terbesar di dunia yang paling berbahaya untuk perempuan. Tentunya hal tersebut sangatlah disayangkan mengingat perempuan juga memiliki hak yang sama untuk merasa aman di mana pun dan kapan pun mereka berada. 

Untuk itu, menjaga diri sendiri serta lingkungan menjadi hal yang penting untuk dilakukan agar kita semua terbebas dari rasa takut yang menghantui ketika sedang berada di tempat umum.

*****

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 1,974
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?