Penulis: Oscar Wau – Universitas Kristen Indonesia
Sebagian dari kita mungkin belum mengenal istilah Oedipus Complex. Sebelum menjelaskan definisi, kita coba memahami lewat sebuah ilustrasi. Di salah satu platform media sosial sempat viral loh anak suka sama orang tua sendiri. di mana anak cewe dan ayahnya memiliki hubungan spesia dalam keluarga, kalau ke mana-mana selalu berdua, happy, ibarat ayah ini sebagai sugar daddy si cewe ini. Aneh gak sih atau kebayang gak gimana hubungan itu terjadi? Hal ini mungkin tanpa kita sadari anak yang memiliki hubungan privilage ke anak cewe atau cowok.
Mungkin terdengar aneh atau bahkan membingungkan, apalagi kalau kita mendengarnya tanpa penjelasan yang jelas. Tapi, tenang aja! Di artikel ini, kita bakal jelasin secara santai dan mudah dipahami. Jadi, Oedipus Complex adalah sebuah teori psikologi yang diciptakan oleh Sigmund Freud, seorang tokoh terkenal di dunia psikologi. Teori ini bercerita tentang bagaimana seorang anak, khususnya anak laki-laki, bisa merasa “jatuh cinta” pada ibunya dan merasa saingan dengan ayahnya. Keliatannya aneh, kan? Tapi menurut Freud, hal ini adalah bagian dari proses perkembangan psikologis yang normal, terutama di usia dini.
Di artikel ini, kita nggak cuma bakal bahas apa itu Oedipus Complex tapi juga kenapa hal ini bisa terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap hubungan kita dengan orang tua. Jadi, buat kamu yang penasaran atau mungkin pernah mendengar istilah ini tapi bingung dengan maknanya, yuk Sunners mari simak artikel ini lebih lanjut!
Oedipus Complex itu adalah teori yang dibuat sama Sigmund Freud, seorang ahli psikologi terkenal. Nama ini diambil dari cerita mitologi Yunani tentang Oedipus complex, seorang raja yang nggak sengaja menikahi ibunya sendiri dan membunuh ayahnya. Serem, ya? Tapi jangan salah paham dulu. Freud pakai cerita itu buat menjelaskan hal yang sebenarnya sering terjadi di masa kecil kita, kok.
Menurut Freud, biasanya punya rasa “suka” sama orang tua yang lawan jenis. Contohnya, anak laki-laki mungkin lebih dekat ke ibunya, bahkan kadang ngerasa ayahnya seperti “saingan.” Sebaliknya, anak perempuan sering lebih dekat ke ayahnya dan mungkin “cemburu” ke ibunya.
Tapi, penting banget buat ngerti kalau ini bukan rasa suka kayak orang dewasa, ya. Ini lebih ke fase alami dalam perkembangan psikologis anak, di mana mereka belajar memahami hubungan keluarga.
Proses ini sebenarnya bagian dari privilage antara anak dan orang tua. Harusnya selama masa kecil, anak-anak mulai belajar memahami hubungan keluarga dan peran mereka di dalamnya. Ketika mereka merasa dekat dengan satu orang tua, bisa jadi mereka merasa bersaing dengan orang tua lainnya. Ini biasanya terjadi tanpa mereka sadari.
Misalnya, seorang anak laki-laki mungkin jadi lebih lengket dengan ibunya. Saat melihat ayahnya, merasa tersaingi karena ayahnya juga dekat dengan ibunya. Tapi lama-lama, perasaan ini akan hilang seiring mereka tumbuh dan mulai memahami hubungan keluarga secara lebih sehat.
Santai aja, Oedipus Complex bukan sesuatu yang harus ditakuti. Kebanyakan dari kita akan melewati fase ini tanpa masalah. Seiring bertambahnya usia, kita mulai memahami batasan-batasan sosial dan emosional. Jadi, biasanya fase ini hanya bagian dari perkembangan normal aja.
Tapi, kalau anak merasa terjebak dalam fase ini atau hubungan dalam keluarga jadi nggak harmonis, mungkin ini tanda butuh perhatian lebih. Misalnya, kalau kita terlalu bergantung pada satu orang tua dan nggak bisa dekat dengan yang lainnya, ini bisa jadi perlu dibicarakan dalam keluarga.
Oedipus Complex bukan cuma soal anak kecil yang nempel ke orang tuanya. Lebih dari itu, ini adalah bagian dari perjalanan manusia memahami perasaan dan hubungan. Buat kita, remaja yang mungkin pernah ngalamin fase ini, memahami konsep seperti ini bisa bikin kita lebih ngerti kenapa hubungan keluarga itu penting banget. Selain itu, ini juga bisa jadi bahan refleksi yang menyenangkan untuk melihat bagaimana pengalaman kita dan temen-temen di sekitar kita.