Di musim pandemi seperti sekarang ini, kita menjadi lebih sering scroll sosmed. Banyak menghabiskan waktu di rumah memang terkadang jenuh, ditambah dengan berita-berita yang setiap harinya berseliweran di ruang publik. Namun, rupanya tidak sedikit dari kita yang masih termakan dengan pemberitaan palsu atau hoaks. Apalagi jika grup WhatsApp keluarga sudah ramai dengan obrolan saling memenangkan pendapatnya, wah pusing sudah.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih memudahkan kita dapat mengakses berita di mana pun dan kapan pun dari mulai anak-anak, remaja hingga orangtua. Setiap orang bisa dengan gampang mendapatkan serta menemukan berbagai jenis informasi. Akan tetapi tidak semua informasi yang didapat itu bersifat kredibel. Bahkan dari kemunculan satu berita yang mengandung hoaks bisa memecah belah suatu golongan dan menimbulkan ujaran kebencian.
Berita hoaks umumnya sering menggunakan judul yang bersifat provokasi dengan langsung menuding pada salah satu pihak tertentu sehingga bisa memunculkan kericuhan. Oleh karena itu, jika kita menjumpai satu berita pastikan untuk melihat dari sumber lain juga agar dapat memperoleh kesimpulan.
Ketika membaca satu berita, perhatikan dari mana sumber berita tersebut. Karena kualitas berita biasanya ditentukan dari mana berita itu berasal. Selain itu, perlu juga mengamati berita berupa fakta atau opini. Fakta ditulis mengenai peristiwa yang memiliki saksi dan bukti, sementara opini adalah pendapat dari penulis yang biasanya cenderung subjektif.
Berita dengan sumber yang kredibel lebih memperhatikan tulisannya, apakah banyak terdapat typo atau tidak. Karena sumber terpercaya memiliki editor andal yang bisa memeriksa apakah proses penulisannya sudah benar atau belum sehingga minim kesalahan. Sebaliknya, berita hoaks memiliki banyak kesalahan tulisan.
Apabila mendapati satu berita dengan menyertakan foto atau video, sebaiknya kita memeriksa keasliannya, misalnya dengan memanfaatkan Google Lens yang akan menyajikan gambar-gambar yang bisa dibandingkan kebenarannya. Karena tidak menutup kemungkinan di era yang serba canggih ini bukan hanya teks yang bisa dimanipulasi untuk membuat pembaca terprovokasi.
Agar terhindar dari berita hoaks, hal selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan ikut bergabung dalam grup diskusi anti hoaks. Ada banyak grup yang bisa diikuti di berbagai media sosial. Selain untuk menambah pengetahuan, kita juga bisa saling memberi informasi mengenai suatu berita yang terverifikasi hoaks atau bukan.
Melani Wulandari – Universitas Negeri Jakarta