Majalah Sunday

White Torture: Sebuah Penyiksaan dengan Metode Psikologi

Pernah dengar istilah white torture? Jika belum, berikut penjelasannya!

Penyiksaan selalu identik dengan tindakan kekerasan atau pelecehan terhadap seseorang dengan tujuan untuk menyebabkan rasa sakit. Tapi tidak berlaku untuk metode penyiksaan yang satu ini. Metode penyiksaan psikologis dianggap penyiksaan yang tidak merusak tubuh bahkan metode ini dilakukan tanpa bersentuhan langsung dengan korbannya. Metode penyiksaan psikologis ini disebut White Torture atau siksaan ruang putih. 

Apa sih White Torture itu?

White Torture atau yang sering disebut juga penyiksaan putih adalah bentuk penyiksaan yang tidak melibatkan kekerasan fisik, tetapi lebih mengandalkan keadaan psikologi yang ekstrim berupa isolasi. Metode penyiksaan ini kembali populer pada tahun 2004 oleh Iran, dimana seorang tahanan akan dikurung di ruangan bernuansa putih yang kedap suara. Korban hanya bisa mendengar suara detak jantungnya saja. Pakaian dan makanan yang berikan juga berwarna putih,tujuannya untuk mengganggu fungsi panca indera mereka. Lampu penerangan di setting sebaik mungkin agar tidak menimbulkan bentuk bayangan apapun. Dalam kondisi isolasi yang ekstrim, para tahanan dibiarkan tanpa akses ke dunia luar, tanpa interaksi manusia, atau bahkan tanpa akses ke sinar matahari. 

Dampak dari White Torture

Dalam penyiksaan putih ini metode yang digunakan dirancang secara khusus untuk mematahkan semangat, merusak mental, dan menghancurkan identitas diri para tahanan. Hal tersebut tentunya akan menimbulkan dampak psikologis yang mendalam bagi para korban seperti gangguan kesehatan mental, hilangnya identitas dan harga diri, juga trauma emosional dalam jangka panjang. 

Dilansir dari Time X Machine, Amir Abbas Fakhravar merupakan seorang warga negara Iran yang pertama kali merasakan kekejaman dari penyiksaaan White Torture pada tahun 2004 karena mengkritik rezim atau pemerintah yang berkuasa pada saat itu “I was there for eight months and after those months I couldn’t remember my father and my mother’s face, when they released me from that prison i was not a normal person,” 

Amir Abbas mengungkapkan bahwa jika kalian dikurung dalam ruang penyiksaan ini dengan kurun waktu yang cukup lama, kalian akan merasakan dampak seperti halusinasi, ketidakseimbangan pada sensor kognitif, panca indera tidak berfungsi normal, insomnia, hingga kejang-kejang.  

White Torture: Sebuah Penyiksaan dengan Metode Psikologi

White Torture itu apa sih?, pict by canva.com

Kenapa Harus Warna Putih?

Warna putih merupakan warna monoton yang dianggap ‘tak berwarna’, di mana tidak ada perbedaan antara satu hal dengan yang lainnya. Dalam dunia psikologi, warna putih mewakili keadaan tanpa emosi pada jiwa seseorang. Oleh karena itu, warna putihlah yang dipilih untuk metode penyiksaan psikologis pada White Torture.  

Namun, apapun bentuk penyiksaannya dan berdampak serius pada korban dianggap sebagai kekerasan dan pelecehan yang tidak dapat diterima dalam masyarakat dan hukum. Kalau sunners, mengalami atau merasakan tanda dari sebuah penyiksaan segera mencari bantuan dari ahli kesehatan mental atau organisasi yang menangani kasus kekerasan ya.  

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Penulis: Windiarti Juliarso – Polimedia Jakarta 

Editor: Nur Amalina Husna – Universitas Kebangsaan

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 628
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?