Beberapa bulan yang lalu
SMA Maju Sejahtera merupakan salah satu SMA yang berada di Bogor, sekolah ini bukanlah sekolah bergengsi, melainkan hanya sekolah biasa saja seperti sekolah pada umumnya. SMA ini merupakan sekolah Valen sebelum pindah ke SMA Pramdatya Jakarta. Valen saat masih menjadi siswi di SMA Maju Sejahtera memiliki banyak teman dan terkenal sekali karena kepintarannya. Berbeda sekali saat Valen di SMA Pramdatya Jakarta.Valen termasuk siswi kebanggaan sekolahnya dan juga teman-temannya. Tak heran, banyak yang tidak suka pada Valen.
Valen, siswi di kelas 2A di SMA Maju Sejahtera. Ia mempunyai geng di sekolah ini, yang bernama “kepompong”. Valen sendiri yang memberi nama geng tersebut, yang artinya semua anggota geng memiliki keunikan masing-masing yang tersembunyi.
Geng kempompong ini terdapat Valen sebagai ketua, Rara, Dinda, Noura, dan Cia. Mereka sudah sahabatan sejak SMP. Jadi tidak salah lagi, kalau mereka sangat dekat sekali.
Suatu hari, Valen dan gengnya sedang zoom bareng untuk membicarakan rencana pergi ke Dufan. Saat zoom tidak ada yang aneh sama sekali, sampai suatu ketika
“Ra, kok lu pucet si.” kata Dinda.
“Emang, ya? perasaan enggak, deh.” kata Rara.
Semuanya pun baru menyadari apa yang dikatakan Dinda. Tetapi, Rara selalu mengelak. Kami pun merasa aneh dan hening sesaat. Valen pun juga seketika merasa merinding.
“Guys! Kalian mau mempermainkan permainan, gak?” kata Rara.
Suasana keheningan tersebut pecah. Saat Rara bilang seperti itu. Seperti kembali lagi.
“Mau main apa, Ra?” kata Valen.
“Gua punya permainan, kalian harus memanggil nama gua 3x, gimana?” kata Rara.
Valen, Dinda, Noura, dan Cia merasa kebingungan dengan permainan ini.
“Apa yang disebut permainan, Ra?” kata Cia.
“Udah ikutin saja apa kata ku, karena aku akan memberikan kalian hadiah juga, tetapi kalian tidak boleh pergi atau keluar dari zoom saat permainan ini dimulai apapun keadaanya. Jika iya, kalian akan mendapatkan sesuatu yang lebih mengerikan” kata Rara.
Akhirnya Cia pun memulainya. Cia memanggil nama Rara 3x. Tiba-tiba Rara menghilang dan mucul di belakang Cia.
“Hai, sahabatku.” kata Rara.
Cia yang merasa kaget dengan kehadiran Rara, belum terucap sepatah kata pun. Rara langsung menusuk bagian leher Cia. Semua yang melihat ini merasa kaget dan tidak percaya. Mereka langsung memanggil Cia dan berharap ini semua hanyalah bohongan. Tanpa sadar, Valen langsung mengeluarkan diri dari zoom. Dia benar-benar keringat dingin, karena Ia menjadi saksi pembunuhan temannya. Kaki dan tanganya menjadi gemeteran seketika. Valen langsung menutup matanya, untuk memulai tertidur. Tetapi senyum psikopat Rara selalu menghantuinya dan Cia yang berdarah seperti itu. Valen selalu mengubah posisi tidurnya tetap saja tidak bisa tidur. Sampai pukul 01.00 pagi Ia bisa tertidur dan di dalam mimpinya terdapat Rara yang berada di sebelah Valen yang rebahan di kasur sambil membawa pisau. Ia ingin menunsuk leher Valen. Tetapi Valen langsung bangun dan melihat sekitarnya tidak terjadi apa-apa. Valen pun melanjutkan tidurnya lagi sampai alarm pukul 6 berbunyi untuk berangkat sekolah. Ia merasa tidak enak badan dan panas tinggi. Akhirnya, Valen tidak masuk sekolah hari ini.
Keesokan harinya, Valen yang masih dihantui kejadian itu membuatnya bergadang setiap harinya. Ia pun akhirnya memberanikan diri untuk mencari tahu sebenarnya. Sesampainya di sekolah, Ia merasa kaget, ternyata Cia, Rara, Dinda, dan Noura sedang mengobrol bersama. Valen pun merasa pucat dan pingsan seketika, Ia langsung dibawa ke UKS. Setelah siuman, Valen merasa pusing dan Rara sudah menunggu di sampingnya. Rara pun memberikan teh hangat kepada Valen sambil tersenyum persis di zoom.
“Lu kenapa dah Val, ngeliat gua gitu banget?” kata Rara.
“gpp, Ra.”kata Valen.
Valen dan Rara langsung ke kelas. Selama perjalanan, Valen merasa bahwa hawa Rara sangatlah berbeda, lebih suram, lebih mencengkam dan wajah Rara pun pucat. Sesampainya di kelas, langsung mengikuti pelajara Kimia.
Valen selalu memperhatikan Rara dari kejauhan, dan tiba-tiba Rara menyadarinya. Rara langsung menulis kertas kecil dan melemparkan ke Valen. Isi kertas itu
“Kenapa kau keluar dari Zoom?”
Penulis : Anggita N.F.S | Politeknik Negeri Media Kreatif