Majalah Sunday

Review Novel "Di Tanah Lada":
KDRT dari Sudut Pandang Anak

Penulis: Imani – UNJ

Seringkali kita mendapati cerita-cerita seputar pengalaman KDRT baik dari sudut pandang pasangan ataupun anak. Tapi, pernahkah Sunners terbayang untuk melihat KDRT berdasarkan sudut pandang anak kecil yang menjadi korbannya? Dalam review novelĀ “Di Tanah Lada” karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, akan dibahas sekilas seputar isi novel yang menggunakan sudut pandang anak-anak ini.

Tentang Ava, P, dan "Papa"

review novel
Cover novel "Di Tanah Lada" karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, pict by gramedia.com

Dalam novel ini, Ziggy selaku penulis akan mengajak para pembaca untuk mendengarkan Ava berkisah tentang keluarganya yang sangat ia sayangi, kecuali Papa-nya. Yap, kita akan menyimak perjalanan Ava yang merupakan gadis berumur 6 tahun menceritakan pengalamannya di keluarga yang jauh dari kata “harmonis”.

Ayahnya adalah seorang penjudi dan kerap kali memukul Mama serta Ava sendiri. Bagi Ava, Papa adalah sosok setan karena sifatnya yang jauh dari manusia yang setahu dia adalah orang-orang yang baik. Sampai pada suatu hari, Ava dan keluarga pindah ke sebuah rusun kumuh karena keputusan sepihak ayahnya. Dari yang Ava paham, alasan mereka pindah adalah karena rusun mereka yang baru lokasinya dekat dengan tempat judi ayahnya.

Di rusun itulah Ava bertemu dengan P. Yap, nama anak laki-laki berusia 10 tahun itu benar-benar hanya terdiri dari satu huruf saja. Kurang lebih, P memiliki nasib yang sama dengan Ava di mana Papa-nya juga seringkali memukul P tanpa sebab. Bedanya, Ava masih punya Mama, sedangkan P seorang diri.

Dari pertemuan mereka, Ava dan P sepakat bahwa semua Papa yang ada di dunia ini adalah orang yang tidak baik, berhati jahat, dan suka memukul. Perlu diingat bahwa Ava dan P bahkan masih berusia di mana anak-anak seharusnya menikmati waktu terbaiknya bersama orang tua mereka.

Tentang Ava, P, dan "Papa"

review novel
Usia anak-anak seharusnya dihabiskan untuk mereka bermain, bukan untuk terjebak dalam kekerasan di keluarganya, pict by canva.com

Kalau Sunners pernah dengar “fiksi adalah cerminan dari kejadian nyata di masyarakat”, kamu akan merasa miris setelah membaca novel Ziggy yang satu ini. Sudah ada berapa banyak anak-anak di Indonesia yang tumbuh tanpa figur seorang ayah, apalagi jika harus mengalami kekerasan di dalam keluarganya sendiri.

Ziggy memotret fenomena nyata itu dengan sempurna dalam karyanya, menggunakan sudut pandang pertama serba tahu dari si anak yang merupakan korban seakan-akan mengajak pembaca menyelami perasaan sang anak. Setelah selesai membaca novel ini, mungkin kita akan dibuat termenung beberapa saat untuk membayangkan bagaimana jika fiksi yang satu ini benar-benar terjadi di kehidupan nyata?

Siapkan tisu, karena setiap bab yang tertulis akan membuat Sunners menangis dibuatnya. Selamat membaca ya!

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 174
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?