Penulis: Rushel Bintang Ashaffi – Universitas Kristen Indonesia
Tentunya kalian sudah tahu apa itu sunat. Bahkan di Indonesia, sunat sudah menjadi bagian dari adat istiadat. Umumnya, masyarakat Indonesia memiliki sebutannya sendiri untuk kegiatan sunat, yakni khitanan atau sunatan. Sunatan kerapkali diadakan secara massal sebagai salah satu bentuk dari tradisi peninggalan adat Nusantara.
Lantas, apa jadinya bila seorang laki-laki tidak melakukan sunat / khitan?
“Memangnya boleh anak laki-laki tidak sunat?”
“Kan jadi numpuk penyakitnya kalau nggak disunat.”
“Malu nggak sih kalo udah gede ternyata ketahuan belum disunat?”
“Toh kan sunat itu wajib bagi laki-laki muslim.”
“Tapi kan sunat nggak wajib kalau secara medis?”
“Kata keluarga sih nggak mesti sunat ya nggak apa-apa, takutnya ada komplikasi juga karena sunat.”
Dan masih banyak lagi pertanyaan maupun pernyataan tentang sunat terutama pada laki-laki. Nah sunners, yuk kita cari tahu apa saja pro dan kontra sunat!
Keputusan untuk tidak menjalani sunat merupakan pilihan pribadi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai pribadi, keyakinan agama, budaya, informasi medis, dan pengalaman pribadi. Secara medis, tidak melakukan sunat pada laki-laki tidak akan membahayakan kesehatan secara langsung ataupun menyebabkan konsekuensi medis yang serius.
Berikut adalah beberapa poin yang bisa dijelaskan tentang apa yang terjadi jika seorang laki-laki tidak menjalani sunat serta alasan umum mengapa tidak memilih untuk disunat:
Penting untuk dicatat bahwa keputusan untuk menjalani sunat atau tidak sebaiknya didasarkan pada informasi yang akurat dan diambil dengan mempertimbangkan nilai-nilai pribadi, keyakinan, dan preferensi individu, serta dengan konsultasi bersama dokter atau ahli kesehatan.
Sunat dapat memberikan manfaat kesehatan, seperti mengurangi risiko infeksi saluran kemih, mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual, dan mencegah balanitis (peradangan pada kepala penis) pada pria. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa sunat dapat mengurangi risiko kanker penis dan prostat.
Sunat dapat membantu mempermudah perawatan kebersihan pada area genital. Tanpa kulup, membersihkan area penis dapat lebih mudah dan efektif, membantu mencegah infeksi dan masalah kesehatan lainnya.
Banyak agama, terutama agama Yahudi dan Islam, menganggap sunat sebagai bagian penting dari ritual keagamaan. Sunat dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap keyakinan agama dan tradisi budaya.
Beberapa kelompok menganggap sunat sebagai pelanggaran hak asasi manusia karena dianggap sebagai prosedur invasif tanpa persetujuan penuh individu yang disunat, khususnya jika dilakukan pada bayi atau anak kecil.
Sunat bukan tanpa risiko. Meskipun jarang terjadi, prosedur sunat dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi, pendarahan berlebihan, atau bahkan kerusakan permanen pada organ genital.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa manfaat medis sunat mungkin tidak sebesar yang diklaim. Argumen ini mempertanyakan kebutuhan rutin untuk melakukan sunat, khususnya jika praktik ini dilakukan untuk alasan non-medis.
Circumcision, pict by canva.com
Pro dan kontra sunat pada laki-laki melibatkan banyak aspek, termasuk kesehatan, kebersihan, agama, budaya, dan hak asasi manusia. Keputusan untuk menjalani sunat atau tidak harus mempertimbangkan dengan cermat berbagai faktor ini, dengan memprioritaskan kesejahteraan dan hak individu. Diperlukan diskusi terbuka dan terinformasi untuk memahami implikasi sunat dan memastikan keputusan yang diambil sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan individu serta norma-norma masyarakat.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.