Majalah Sunday

Nella Fantasia (Bagian 1)

‘Dalam fantasiku aku melihat dunia yang adil,

di mana setiap orang hidup dalam kedamaian dan kejujuran.

Aku bermimpi tempat tinggal yang selalu bebas,

seperti awan yang mengapung,

penuh kemanusiaan di kedalaman jiwa.

Dalam fantasinya, gadis manis itu melihat dunia yang diwarnai dengan kebahagiaan, gegap gempita, dan kenyataan yang aktual. Langit biru yang bersih disertai gumpalan awan yang menyerupai gulali kapas ketika siang hari, taman nan hijau dipenuhi bunga, batu besar dengan air terjun di sekitarnya yang seakan-akan memeluk tanah kelahirannya, dan rumah-rumah tak bertingkat yang melindungimu dari dinginnya dunia luar. Setiap insan yang menetap di sini pun jarang sekali memperlihatkan wajah sendu nan pucat dan guratan kesedihan. Wajah mereka segar dan bahagia, bahkan yang sudah tua sekalipun. Mereka tak segan untuk berbuat kebaikan, karena para tetua selalu memperingatkan agar bertingkah laku baik, bijak, dan menerapkan kejujuran, walaupun itu dengan orang yang baru dikenal. Damai sekali bukan jika tinggal di dunia yang seperti itu?

Gadis manis berkuncir dua berkaki rusa itu duduk bersimpuh. Dirinya rapuh. Tulangnya melemah hingga tak mampu menopang badannya untuk berdiri. Dengan isak tangis yang memilukan, pandangannya menyapu pemandangan yang ada di sekitarnya. Dia tak dapat bebas kembali layaknya kupu-kupu. Dirinya seperti terkunci melihat apa yang ada di hadapannya, di mana nilai kemanusiaan dan kebaikan seperti tidak ditanamkan pada siapa saja yang melakukan ini semua.

Ini adalah waktu ketika matahari mencapai puncaknya, namun raksasa cahaya itu tak juga menjamah tanah yang telah porak-poranda. Di depannya, semua saudaranya yang ada di tanah ini tergeletak. Tak bernyawa. Wajah mereka menjadi gelap. Langit menjadi berwarna oranye pada siang hari, tidak lagi biru. Air yang ada di sekelilingnya memiliki semburat kelabu dengan warna abu-abu pekat akibat banyaknya kandungan logam. Sang putri tak bisa memejamkan mata untuk tidur dengan nyenyak nanti malam. Bagaimana bisa tidur ketika dunia dan semua saudaranya tiba-tiba menjadi seperti ini? Kenapa hanya dirinya yang baik-baik saja?

Gadis bernama Sunrise itu terbangun. Mimpi yang dia alami begitu nyata hingga membuat jantungnya memompa darah begitu cepat. Ya, itu hanya mimpi. Bunga tidur yang dapat dirasakan oleh siapa saja. Wajahnya memerah dan penuh keringat karena emosi. Dadanya naik-turun begitu cepat. Dengan tergesa, sang putri melihat ke jendela. Langit siang ini masih berwarna biru cerah dengan sinar matahari. Air terjun yang mengalir pun airnya masih bening juga jernih, tidak abu-abu karena sudah mengalami proses fusi dengan logam. Sunrise tertidur karena begitu lelah. Dia menanam benih bunga tulip dan buah persik untuk persiapan penobatan sang Ibu. Di meja ada segelas air. Seketika Sunrise meneguk air untuk menenangkan dirinya.

“Benar, ini hanya bunga tidur.” ujar Sunrise sembari mengambil napas dalam-dalam.

Tapi siapa yang tahu? Mungkin saja kan bila mimpi itu adalah sebuah petunjuk atau pertanda akan datangnya sesuatu?

Melalui jendela, Sunrise melihat pohon yang ada di halaman rumahnya tiba-tiba meranggas. Padahal belum waktunya.

(… bersambung ke Bagian 2)

oleh: Dewi Amalia Fadzilah, Universitas Negeri Jakarta

Post Views: 1,199
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?