Penulis: Masriah – Universitas Negeri Jakarta
Editor: Alfira Damayanti Rahman – Universitas Negeri Jakarta
Sunners, nggak kerasa ya bentar lagi akan mulai tahun akademik baru. Jangan-jangan kamu calon-calon Maba alis mahasiswa baru? Kenali dulu yuk mitos vs real life perkuliahan yang akan kamu temui di dunia kampus supaya nggak shock pas jadi maba. Mimin bagi empat kategori nih perihal dunia perkuliahannya, simak yuk!
Bener nggak sih? Faktanya, nggak ada jaminan loh kuliah di kampus terkenal berarti menjadi orang sukses di masa depan. Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta sama saja kok. Bukan kampusnya yang menentukan, melainkan sikap dan karakter kita selama menjalani perkuliahan yang menjadi penentu kesuksesan kita.
Kebanyakan orang akan berpikir, tujuan memilih suatu jurusan untuk bekerja sesuai bidangnya. Masuk psikologi karena mau psikolog. Mau jadi dokter ya masuk kedokteran. Nggak salah kok, tapi bukan sebuah kepastian dan keharusan juga. Sebab nyatanya sebagian mahasiswa juga bekerja bukan pada bidang yang dipelajari di perkuliahannya.
Siapa nih yang kurang suka dengan pelajaran hitung-hitungan? Siapa juga yang sudah punya niat ambil jurusan soshum biar lepas dari hitung-hitungan? Eh, jangan salah! Walaupun terkesan mengandalkan hafalan, jurusan soshum juga masih nggak bisa melepaskan diri dari hitung-hitungan. Bahkan jurusan Sastra Indonesia yang kerap menjunjung literasi pun masih berkutat dengan hitung-hitungan saat bertemu materi statistika. Itu loh ilmu yang punya hubungan spesial dengan skripsi nanti.
Ada banyak anggapan yang tersebar bilang kalau jurusan sains lebih pinter daripada mahasiswa soshum. Sama halnya anggapan anak IPA lebih ini itu dari anak IPS. Setiap jurusan memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Itu semua cuma stereotip ya Sunners! FYI, menurut A. Samovar & E. Porter, stereotip adalah persepsi atau kepercayaan yang dianut mengenai kelompok atau individu berdasarkan pendapat dan sikap yang lebih dulu terbentuk. Stereotip muncul karena proses kategorisasi.
Jika dibandingkan dengan masa sekolah, masa perkuliahan lebih santai dan bebas. Di kampus nanti kita nggak akan melihat seseorang yang nggak bisa masuk karena gerbang sudah ditutup. Meski begitu, bukan berarti dunia kampus bebas tanpa batasan ya. Masa kuliah menuntut mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab dan mandiri. Mahasiswa boleh mengambil jatah absen selama masih sesuai dengan aturan yang berlaku. Misalnya untuk mata kuliah 2 SKS, biasanya kita punya 3 kali absen.
Senioritas di masa sekolah cukup kental terasa. Beruntungnya, masa kuliah tidak mengenal senioritas tetapi relasi adik-kakak tingkat masih memeluk budaya menghormati. Relasi adik-kakak tingkat cukup terjalin dengan baik ditandai dengan kebiasaan pinjam-meminjam buku, catatan, atau kerja sama menyukseskan acara. Bahkan ada loh sebagian kakak tingkat yang mengizinkan adik tingkat menyapa tanpa kata tambahan seperti “Kak”. Biarpun kuliah lebih awal belum tentu kakak tingkat paling tahu segalanya. Acara diskusi di kampus erat dengan budaya belajar bersama tanpa pandang umur kok. Itu cuma mitos ya, Sunners.
Must be a myth! Menunda kuliah karena belum mendapatkan kampus impian atau masalah biaya bukan berarti masa depan suram menanti kita. Gap year memang dipandang sebelah mata karena dianggap lulus tidak tepat waktu dari pakem yang menjadi tradisi.
Gap year tidak lantas menjadikan seseorang gagal meraih masa depan cemerlang. Asalkan waktu kuliah yang ditunda ini dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Contohnya, Emma Watson, pemeran Hermione ini memutuskan gap year dan menghabiskan waktunya dengan membaca berbagai buku khususnya bertema feminisme. Hebatnya, aktris 30 tahun ini terpilih menjadi salah satu ambassador PBB.
Related Post : Cerita Pejuang Gap Year : Gap Year NO Tear
Itu dia mitos vs real life perkuliahan, menurutmu mana yang mitos? Ingat, nggak perlu takut untuk menghadapi dunia perkuliahan, Sunners! Karena nyatanya kesempatanmu untuk berkembang akan terbuka sangat lebar di sana.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.