Majalah Sunday

Memahami Batasan dan Konsekuensi dari Perilaku Masturbasi pada Remaja

Penulis: Lilis Anggraeni – UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Perilaku masturbasi masih dianggap tabu oleh masyarakat Indonesia, karena kerap kali diidentikan dengan perilaku penyimpangan seksual. Di sisi lain, perilaku masturbasi juga dinilai bertentangan dengan keyakinan agama dan budaya.

Dalam artikel ini, sunners akan diajak memahami secara terbuka mengenai perilaku masturbasi pada remaja. Hal ini meliputi, faktor pemicu perilaku masturbasi pada remaja, serta batasan dan konsekuensi dari perilaku masturbasi pada remaja.

Kenali faktor pemicu masturbasi pada remaja

Ilustrasi perilaku masturbasi, pict by canva.com

Faktor Pemicu Perilaku Masturbasi pada Remaja

Mungkin selama ini sunners masih belum tahu faktor pemicu perilaku masturbasi pada remaja. Lebih jelas, berikut ini hal-hal yang menyebabkan perilaku masturbasi pada remaja:

1. Perubahan Hormon di Masa Pubertas

Perilaku masturbasi pada remaja sendiri berkaitan erat dengan fase pubertas. Fase transisi atau fase pubertas yang terjadi di usia remaja, menandai peralihan dari tahap anak ke dewasa. Selama fase ini, remaja umumnya mengalami berbagai perkembangan, salah satunya pematangan fungsi seksual.

Terjadinya pematangan fungsi seksual pada remaja dapat meningkatkan hormon seksual atau hormon testosteron. Hal itulah yang kemudian menimbulkan hasrat atau disebut sebagai libido seksualitas pada remaja. Ketika hasrat seksual muncul, remaja butuh menyalurkan rangsangan seksual dengan cara melakukan aktivitas masturbasi.

2. Pengaruh Konten Dewasa di Media Sosial

Media sosial adalah tempat di mana penyebaran informasi secara masif dan tak terkendali. Oleh karena itu, masyarakat dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi di seluruh sudut dunia. Di sisi lain, media sosial juga bisa menjadi media penyaluran hasrat seksual melalui konten dewasa yang memicu rangsangan seksual pada remaja.

Meskipun perilaku masturbasi pada remaja termasuk hal yang normal. Akan tetapi paparan konten dewasa dapat menyebabkan gangguan mental seperti cemas, depresi, dan ketidakpuasan diri. Dampak pornografi juga berpotensi memengaruhi perilaku sosial remaja, termasuk kesulitan membentuk hubungan baik di lingkungan sosial. Maka dari itu, remaja harus lebih selektif dalam memilih tontonan dan bacaan di media sosial.

3. Pengaruh Lingkungan atau Pergaulan

Lingkungan dan pergaulan memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku remaja, termasuk dalam hal seksualitas. Kemudian, pengaruh lingkungan juga bisa berdampak positif dan juga negatif.

Jika pengaruh dari lingkungan mengarah pada hal yang negatif, seperti pornografi dan seks bebas, yang pasti berdampak buruk pada remaja. Akibatnya, remaja memiliki kecenderungan hasrat seksual yang tak terkendali, sehingga menyalurkannya dengan cara yang tidak benar.

Pahami Batasan Perilaku Masturbasi

Sudah disinggung sebelumnya, perilaku masturbasi pada remaja adalah hal yang normal. Mengingat di usia remaja biasanya terjadi berbagai perubahan, baik itu perubahan fisik, psikis, maupun pematangan fungsi seksual. Berbagai perubahan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi perilaku remaja, termasuk dalam hal seksualitas.

Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai masturbasi pada remaja sebagai berikut:

  • Apabila terjadi cedera fisik akibat menggunakan alat tertentu saat masturbasi. Sebaiknya, hindari penggunaan alat pembantu orgasme karena dapat menyebabkan alat vital menjadi lecet, iritasi, atau bahkan cedera serius. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan masturbasi dengan cara yang lebih aman dan tanpa risiko potensial.
  • Melakukan masturbasi secara berlebihan atau melakukannya di depan umum yang mana peilaku tersebut sudah termasuk penyimpangan. Maka dari itu, dibutuhkan pendampingan khusus, seperti konseling atau terapi dari ahli psikologi. Bantuan professional tersebut diharapkan individu dapat memahami kebutuhan seksual yang benar dan sesuai dengan norma sosial.
  • Masturbasi berlebihan yang disebabkan oleh paparan konten pornografi. Hal ini dapat mengacu pada dampak yang timbul akibat paparan konten pornografi. Pertama, gangguan mental seperti perasaan cemas, depresi, atau ketidakpuasan diri. Kedua, dampak konten pornografi juga dapat mempengaruhi perilaku sosial remaja, seperti mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan sosial.

Konsekuensi Perilaku Masturbasi pada Remaja

Menurut penilaian medis oleh Dr. Nadia Nurotul Fuadah dari Alodokter, masturbasi pada remaja termasuk perilaku normal yang terkait dengan kebutuhan fisiologis. Meskipun demikian, jika dilakukan secara berlebihan akan berpotensi menyebabkan masalah serius seperti atrofi otak, terutama di prefrontal korteks (bagian depan otak).

Atrofi otak pada orang dewasa tidak akan menyebabkan kepala mengecil, karena tengkorak kepala yang sudah mengeras tidak akan mengalami perubahan ukuran seperti pada bayi. Namun, gangguan atrofi otak pada remaja dapat memperlihatkan perilaku impulsif, kehilangan kemampuan membuat keputusan bijak, sulit berkonsentrasi, dan sulit menjalankan aktivitas produktif.

Di samping itu, masturbasi berlebihan juga dapat mengakibatkan iritasi pada organ intim, menyebabkan nyeri pada otot sekitar kemaluan dan pinggang. Kemudian, efek masturbasi dapat menurunkan gairah seks, bahkan gangguan ereksi yang berimbas kesulitan dalam memiliki keturunan di masa mendatang.

Nah, sebaiknya sunners hindari kebiasaan masturbasi yang berlebihan ya. Manfaatkan waktu luang dengan melakukan aktivitas yang lebih produktif, seperti membaca buku, memancing, beribadah, berinteraksi sosial, dan sebagainya.

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 162
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?