Majalah Sunday

Kisah Pendakian Gunung Pertama
(Bagian 1)

Penulis: Hanifah Nur – PoliMedia Jakarta
Editor: Fidya Damayanti – Universitas Negeri Jakarta

pendakian gunung

Citra Seorang Perempuan Tomboi, pict by bing.com

Denting jam dinding berputar mengisi keheningan ruangan. Perempuan yang sedang berbaring dan hanya menatap layar laptopnya hampir setiap hari bernama Citra. Perempuan urakan ini kerap dipanggil dengan sebutan laki. Ya, karena ia tomboi tidak seperti perempuan kebanyakan yang sering berlama-lama mematut diri di depan cermin. Celana jeans dan kaus kebesaran adalah outfit nyaman yang biasa ia pakai.

“Ra, ayo keluar dulu makan.” Ujar Mamanya.

Di rumah perempuan ini dipanggil Rara yang merupakan anak bungsu di keluarganya.

Tidak terdengar suara dari Rara, Mamanya pun menghampirinya ke kamar.

Sambil melepas earphone di telinga “Volumenya itu lho jangan kenceng-kenceng, Ra.”

Eh, iya, Ma.” Ia menoleh dengan cengiran khasnya.

Setelah sarapan Rara dan Mama menonton televisi. Para media di televisi menampilkan berita-berita pendakian gunung yang memakan korban jiwa, berita kehilangan, dan sebagainya. Sontak Mama berkata.

“Yaampun, serem banget ya. Kamu jangan gitu ya, Ra.”

“Gatau deh, Ma.” Dengan mulut mengunyah.

Rara yang kerjaannya hanya scroll Instagram, Twitter, YouTube membuat ia menemukan webinar tentang pendakian gunung.

Bermula dari berita di televisi, ia semakin penasaran apa yang terjadi di gunung sehingga orang-orang tersebut mengalami hal buruk. Karena ia tidak terlalu suka membaca, ia pun mendaftarkan diri untuk mengikuti webinar itu. Sebenarnya banyak lembaga-lembaga yang mengadakan webinar dengan berbagai macam tema. Tetapi hanya webinar pendakian ini yang diminati olehnya.

Wah, webinar naik gunung nih. Daftar kali ya, lumayan juga dapet e-sertifikat.” Ujar Rara di dalam hati.

Brakkk. Suara pintu memecah keseriusan Rara yang sedang mengisi form pendaftaran webinar.

Heh, lagi ngapain lo?” Tanya Farhan, anak pertama di keluarga ini.

Ish, bisa gak sih ketok pintu dulu?” ujar Rara kesal.

“Emang kenapa sih? Lagi buka yang aneh-aneh lo ya?” jawab Farhan sambil tertawa meledek.

“Enggak woi. Gue lagi isi form nih buat webinar.”

“Eh, tumben banget adik gue ikut webinar. Webinar apa tuh?”

“Hehe. Webinar tentang pendakian gitu. Gue penasaran kenapa banyak hal-hal buruk yang muncul di berita tentang mendaki gunung.”

“Mm.. gitu ye. Nanti malem temenin gue nongkrong yuk, Ra. Daripada lo diem-diem di kamar, sumpek.” Ujar Farhan dengan nada meledek karena kamar Rara lebih sempit dan cukup banyak barang.

“Di mana? Yang penting kamar gue rapi gak kaya kamar lo.”

“Udah ikut gue aja pokoknya, ok?”

Rara mengiyakan ajakan kakaknya.

oooo

Di jalan menuju kafe, hujan turun. Farhan yang mengendarai motor harus berhati-hati karena jalan menjadi licin.

“Ra, lanjut atau neduh nih?”

“Masih jauh ga? Kalau engga mah lanjut aja.”

“Dikit lagi si, yauda ya lanjut.”

Sesampainya di kafe, kafe sedang ramai. Padahal negeri ini sedang dalam pandemi.

“Rame banget ini bang.” Ujar Rara.

“Temen gue udah sisain kursi buat kita kok.” Sahut Farhan.

Rara pun memesan minum sebelum ia bergabung dengan teman-teman kakaknya.

“Cokelat panas 1 ya mba, mm.. sama Americano 1.”

“Baik ka, totalnya Rp 42.500. Silakan ditunggu.” Jawab mba-mba kasir tersebut.

Saat Rara berbalik badan muncullah tangan yang melambai dan mengajaknya bergabung. Tentu saja Farhan dan 3 temannya. Teman-teman Farhan agak kaget melihat adiknya yang sudah besar. Karena setiap main di rumah, pasti Rara jarang sekali keluar kamar.

Woah, adik lo cakep juga, Han.” Seru Dito sambil menjabat tangan Rara.

“Udeh jangan lama-lama ngejabatnya.” Ujar Farhan.

Di pertemuan ini mereka membicarakan kapan futsal bersama, jalan-jalan bersama, menanyakan kabar pacar masing-masing, dan meminta saran untuk ini dan itu. Tak sedikit dari mereka yang bertanya ke Rara.

Ra, ngademin cewe tu gimana si kalau lagi ngambek?

Ra, cewe biasanya suka apa sih?

Kalau lo ulang tahun, maunya dikasih apa, Ra? Celetuk Reza.

Cewe kalau dandan kok lama banget ya, emang gitu, Ra?

Dan masih banyak pertanyaan lainnya.

Rara yang sedang memainkan ponselnya lalu buka suara “Kenapa kalian nanyain ke gue? Gue gak ahli begituan.” Jawabnya dengan malas.

“Iya iya maaf, Ra. Kita kira kan lo tau.” Ujar Dito.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00. Tiba lah pada obrolan merencanakan liburan dan jalan-jalan. Dito, Reza, Diaz, dan Farhan cukup serius membahasnya. Rara hanya mendengarkan. Mulai dari liburan ke Jogja, Malang, Sumba, dan lainnya mereka bahas. Namun beberapa dari mereka kurang setuju karena alasan tertentu. Akhirnya mereka memutuskan untuk mendaki gunung. Diaz yang sudah lama tidak mendaki kembali bersemangat. Mereka mempertimbangkan gunung apa yang akan dituju, karena hanya Diaz yang sudah berpengalaman. Diaz buka suara dan menyarankan.

“Gimana kalau kita mendaki gunung Gede aja? Menurut gue kalian bisa kok.”

Mendengar obrolan itu, Rara menjadi serius mendengarkan dan menyimak.

“Gunung Gede? Kaya pernah denger. Berapa mdpl?” Ujar Farhan.

“Saudara gue ada yang kesitu sebulan yang lalu, tapi gue gak nanya-nanya. Treknya sulit gak?” Sahut Dito.

“Iya gunung Gede. Sekitar 2900mdpl, Han. Lumayan tinggi sih. Kalau treknya ya udah pasti nanjak.” Jawab Diaz sambil tertawa kecil.

“Ye.. itu mah gue juga tau nanjak.”

“Eh, gue ikut dong.” Sahut Rara.

“Gak salah denger nih lo mau ikut?” Tanya Farhan.

“Serius gue mau ikut bang.” Jawab Rara.

“Sip. Nanti kita pertimbangin lagi ya, Ra.” Sahut Diaz.

“Sekalian aja nih bikin grup buat persiapan kita.” Usul Reza.

Mereka hanya mengangguk setuju. Setelah obrolan itu mereka pulang dengan bayang-bayang akan mendaki gunung.

Di jalan pulang, terlintas dipikiran Rara berita-berita buruk saat mendaki gunung. Segera disingkirkan pikiran itu lalu bersandar pada Farhan karena mengantuk.

“Ra, pegangan aja. Gue takut lo jatoh.”

“Hmm..”

oooo

Empat hari kemudian.

Seperti biasa dengan posisi tiduran dan laptop yang menyala, ia membuka email untuk mengirim tugas.

Klik send. Tugas sudah terkirim. Saat refresh email, ada pesan masuk dari lembaga yang akan mengadakan webinar. Isinya tertulis reminder untuk h-3 webinar yaitu hari Sabtu pukul 14.00. Melihat reminder itu Rara menjadi tidak sabar untuk bergabung dalam webinar.

Grup chat yang dibuat oleh Reza isinya obrolan persiapan untuk mendaki. Mereka akan mendaki saat liburan semester tiba. Pinjam alat sana sini, beli peralatan yang dibutuhkan jika harganya sesuai kantong. Beruntung Diaz memiliki beberapa teman yang mempunyai perlengkapan itu, Farhan dan Dito tidak susah-susah untuk menyewa. Reza mempunyai Ayah yang hobi mendaki, jadi ia cukup santai dalam mempersiapkan peralatan. Sedangkan Rara izin ke Mama saja belum. Farhan dan teman-temannya sudah mempertimbangkan kalau Rara bisa ikut. Namun tetap saja harus izin Mama dan Papa. Rara berpikir akan izin setelah mengikuti webinar tentang pendakian.

Teringat negeri ini dalam kondisi pandemi, Rara pun berpikir apakah bisa melakukan pendakian, akankah sulit? Hal tersebut menjadi catatan di kepalanya.

pendakian gunung

Citra Sarapan Bersama Dengan Keluarga, pict by bing.com

Hari H Webinar

Pagi ini cukup cerah. Cahaya yang masuk ke kamar Rara membuat ia terbangun. Keluarga sedang berkumpul untuk sarapan.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Rara.

“Ra, nanti jam berapa webinarnya?” Tanya Mama.

“Lho, kok Mama tau?” Tanya Rara heran.

“Iya, itu kakakmu ngasih tau Mama. Soalnya kamu kayaknya seneng banget.”

“Hehe, gapapa si Ma. Tolong ingetin aku Ma jam 2 siang, takut ketiduran.” Pinta Rara.

“Iya, nanti Mama ingetin yaa.”

Rara membalas dengan anggukan dan jari yang mengisyaratkan ok.

Sekarang sudah pukul 13.30, mata Rara mulai mengatup akibat menonton film sampai larut malam. Padahal sebentar lagi webinar akan segera dimulai.

Tok tok tok.

“Ra, kamu tidur? Mama masuk ya.”

Rara yang hampir terlelap sontak kaget dan terbangun.

Yah, aku kelewat ya? Eh udah mulai belum sih?.” Sahut Rara dengan kaget.

“Belum, masih ada 15 menit lagi. Cuci muka gih.”

Rara segera mencuci muka, lalu mengirim pesan ke Farhan.

Rara : Bang, sini ke kamar gue sebentar lagi dimulai nih webinarnya.

Gue mau lo dengerin juga biar sama-sama tau. Apalagi kita belum pernah mendaki gunung. Cepet yaa.

Bang Farhan : Iye bawel.

Link zoom sudah dibagikan melalui email, langsung saja pada pukul 13.59 Rara klik link tersebut. Kini posisinya bersebelahan dengan Farhan.

Di webinar ini dipimpin oleh moderator. Webinar pendakian ini mengusung tema pendakian di tengah pandemi covid-19. Rara dan Farhan serius menyimak webinar ini. Mulai dari pembukaan, perkenalan para panitia, dan pembicara. Masuk ke pembahasan inti, dalam pendakian banyak yang harus dipersiapkan, bukan hanya alat-alat saja. Tetapi mental, fisik, serta pengetahuan pun harus dipersiapkan.

“Mendaki gunung bukan perjalanan yang mudah, maka kita perlu mempersiapkan hal-hal sedemikian rupa. Persiapan fisik dengan berolahraga h-30 sebelum kegiatan. Membekali diri dengan pengetahuan seperti PPGD, Survival, Navigasi, dan yang lainnya. Mempersiapkan alat yang sesuai dengan standarnya.” Ujar salah satu pembicara di webinar ini.

Pembicara pada webinar ini pun menjelaskan panduan mendaki saat pandemi seperti melakukan pendakian dalam kelompok kecil (2-7 orang), tetap mematuhi protokol kesehatan, menggunakan alat makan terpisah, perhatikan kondisi tubuh, kesehatan, kebersihan dan sebagainya.

Rara dan Farhan kian mengerti persiapan-persiapan apa yang akan mereka lakukan. Dua jam telah berlalu. Begitu banyak pembahasannya. Ada yang bertanya berkali-kali karena rasa ingin tahunya yang tinggi. Webinar sudah selesai.

Sambil bersandar Farhan berkata “Ra, akhirnya selesai juga ya. Mantep nih.”

“Iya bang. Gak nyesel si ikut webinar ini. Kita sampein info-infonya di grup aja.”

“Sip. Izin sana lo ke Mama biar bisa ikut.” Ujar Farhan meledek.

“Iye abang ku.” Seru Rara dengan senyum yang dipaksakan.

Grup chat

Bang Farhan : Tadi, gue sama adik gue ikut webinar pendakian di tengah pandemi nih bro.

Bang Dito : Trus gimana tu? Bisa kita mendaki?

Bang Reza : Bisa pasti kan?

Rara : Iye bisa bang abang.

Bang Diaz : Trus kapan nih kita jalan?

 

(Berlanjut ke bagian 2)

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Hati-hati, kisah yang kamu baca mungkin benar, berwaspadalah! Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 1,871
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?