Majalah Sunday

Bukan Aku

Penulis: Floristika Apraluya Flagracia – Universitas Kristen Indonesia

Russel bersekolah di salah satu sekolah SMA swasta milik Belanda di Kota Bekasi. Sekolah ini sangat terkenal karena berdiri sudah lama, tapi entah mengapa sempat tutup sebentar dan berganti nama.

Tipikal sekolah lama, gedung melingkar berbentuk empat persegi panjang, di tengahnya ada lapangan multi fungsi, buat basket bisa, volley bisa, bulu tangkis juga bisa, sepak bola dan gerobak sodor pun bisa.

Pelajaran telah usai, hari pun sudah mulai  gelap dan sekolah semakin sepi Russel pun masih menunggu dijemput oleh ayahnya yang belum tiba. Karena motor Russel di bengkel dan kebetulan dia ada pelajaran tambahan sampai sore jadi dia berangkat dan pulang sekalian bersama mobil Ayahnya. 

Waktu sudah menunjukan pukul 18.00.

“Sel, berani kamu nunggu di sini sendirian? Saya harus pulang mau anter istri saya berobat.” ucap Pak Asep seorang penjaga sekolah.

“Aman terkendali Pak, hati-hati ya Pak,” jawab Russel.

Russel awalnya yakin sekali bahwa tinggal dia sendiri yang berada di sekolah. Sembari menunggu, Russel mendengar ada suara cowok menangis dan menjerit. Karena penasaran dan khawatir Russel berpikir mungkin ada temannya yang terkunci di dalam kelas.  Ya namanya anak sekolah, kadang memang ada beberapa siswa yang suka iseng ngunciin temennya sendiri yang tertidur di dalam kelas. 

Russel yakin bahwa suaranya berasal dari kelas yang paling pojok sekolah, dengan berani ia berjalan sendiri menuju kelas tersebut. Suara tangis berteriak masih terdengar dari kejauhan sembari jalan Russel melihat lampu di kelas itu pun nyala tapi remang-remang…

Sesampainya di depan pintu… 

“Siapa di dalam? Ada yang terkunci?” tanya Russel.

Suara laki-laki menangis itu langsung lenyap. Karena masih penasaran, Russel mengintip lewat jendela kelas, dan saat lagi mau ngintip…

BRAAKKKKK

Ada tangan pucat berlumuran darah yang memukul jendela 

Saking kagetnya Russel langsung menutup mata, tidak lama Russel mendengar seperti suara air mengalir tapi bukan dari toilet melainkan dari bawah, sampai dia mengira bahwa dia ngompol. 

Saat Russel membuka matanya ternyata suara air yang dia dengar adalah suara darah yang mengalir dari bawah pintu.  Dengan terkejutnya Russel berlari terpontang-panting menuju gerbang sekolah. 

Sembari lari, dari ujung matanya Russel, dia melihat ada sosok pucat dan mengerikan yang sedang melayang dekat dahan pohon besar, rambutnya berantakan dan mengenakan seragam sekolah mereka, namun sudah lusuh warnanya. Russel pun berlari ketakutan. Ia melewati pohon besar itu tiba tiba Russel terjegal sesuatu dan jatuh.

Saat itulah Russel terbangun dari tidurnya sembari masih duduk di bangku gerbang sekolah tempat ia menunggu Ayahnya.

Beberapa saat kemudian Ayahnya sampai. Berlarilah Russel ke arah mobil, saat masuk ke dalam mobil dia liat ke arah jam, dan ia sangat terkejut. 

Waktu baru menunjukkan pukul 18.05.

***

Keesokan paginya… 

Russel sampai di kelas dan turut bergabung dengan teman-temannya untuk sekadar obrol santai.

Salah satu temannya Russel bercerita, kemarin dia mendengar suara laki-laki menangis dari kelas yang pojok, dan kelas itu sama seperti yang ada di dalam mimpinya Russel. Tapi Russel masih berpikir logis kalau suara yang didengar temannya itu suara angin bukan suara hantu. 

Tak lama datanglah seorang kakel ke kelas Russel membawa buku dan pulpen. Ia meminta agar temannya Russel menceritakan kejadian tersebut.

“Kamu Russel kan?! Ceritakan apa yang kamu ketahui terkait kejadian kemarin sore di sekolah kita!” Pinta sang kakak kelas dengan agak memaksa

“Loh, kenapa memangnya, Kak?” tanya salah satu temannya Russel.

“Enggak, mau kami catat,” jawab kakak kelas yang seperti detektif gayanya. 

Dari mana mereka mengetahuinya? Russel pun tidak mendapatkan informasi apapun dari kakak kelas tersebut; ia diminta bercerita, namun seolah tidak punya hak untuk bertanya balik.

 

***

Dua minggu kemudian, Russel mendapati dirinya harus berada di sekolah pada hari Minggu.  

 

Sebagai anggota OSIS yang sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan Pensi, WA grup panitia gaduh tadi siang karena  ada berkas yang tertinggal di Ruang Guru dan harus diambil. Karena anggota OSIS lainnya sedang sibuk untuk mempersiapkan administrasi dan mencari sponsor, Russel pun menawarkan diri untuk mengambil berkas ke sekolah, kebetulan ia baru saja pulang jalan-jalan sore dan melewati sekolahnya.

bukan aku

Teks terkait gambar, pict by canva.com

Sampailah dia di sekolah pukul 18.00. Ya, walaupun sedikit terngiang kondisi beberapa waktu lalu, apa daya ibu guru pemegang kunci ruang guru juga baru bisa datangnya di jam 18.00. 

Sambil menunggu ibu guru datang, Russel duduk di depan ruang guru sambil melihat ke arah kelas-kelas yang berada di depannya. Mendadak Russel merasakan bulu kuduknya meremang dan seluruh kulit tangannya merinding hingga berbintik seperti kulit ayam mentah. Dalam cara yang tak bisa dijelaskan, Russel merasa seperti ada sosok yang sedang mengintipnya dari dinding toilet.

Tangannya pun mengucek mata agar meyakinkan pandangannya tidak salah. Russel mencoba betul melihat lebih jelas lagi wajah  itu, namun ia telah menghilang. 

Tidak lama kemudian terdengar lagi suara tangis berteriak berpadu dengan bisikan-bisikan  dari arah ruang guru. 

“Bukan aku pelakunya,” suara bisikan pertama.

“Percayalah padaku,” suara bisikan kedua.

“Tolong aku!” suara bisikan terakhir yang Russel dengar.

Tanpa rasa takut, Russel pun berdiri dan mengintip di jendela Ruang guru. Dia melihat salah satu kursi bergerak maju dan mundur berulang-ulang.

“Njir gua di prank nih keknya”

“Keluar lu! Ga lucu!!!”

bukan aku

Russel berderap ke arah toilet, dengan perasaan yakin kalau para senior iseng sedang bersembunyi di sana. Saat sampai di toilet, dia melihat bahwa toilet itu sangat sepi dan hening, tidak ada siapa pun. Tak lama kemudian keran air di wastafel bergerak-gerak; Russel masih berpikir positif bahwa ada benang di tuas kerannya.

Penasaran, dia mendekati keran tersebut; tidak ada benang atau apa pun yang tersambung di tuasnya.

Russel mulai merasa ketakutan dan perlahan melangkah mundur ke arah pintu keluar, saat sedang mundur tiba-tiba ada yang berbisik sangat kencang di telinga Russel: “KENAPA KAMU TIDAK MEMBANTU SAYA?!”

Tidak tahan menahan rasa takut, Russel pun berteriak sekencang mungkin sambil berlari ke arah ruang guru. Dia sedang mengatur nafas, ketika tiba-tiba…. 

“Russel, ada apa?” Ibu guru yang dinanti telah berdiri di belakang Russel, membawa kunci ruang guru.
“Ti-tidak ada apa-apa, Bu…saya ambil saja dokumennya lalu segera pulang,” Russel menjawab dengan suara gemetar.

 

***

Karena dia dihantui rasa penasaran, keesokan harinya Russel memberanikan diri untuk bertanya ke kakel yang pernah mencatat kejadian aneh. 

“Kak, kenapa waktu itu Kakak mencatat ceritanya si teman kelas gua? Dan kenapa kalian selalu heboh tentang hal berbau mistis di sekolah ini?” Russel bertanya dengan penasarannya.

“Jadi tuh, gua udah lama nyelidiki kasus mistis di sekolah ini, soalnya gue punya channel podcast horor di Youtube. Sabi kali lu subscribe channel Youtube gua dulu nih,” sang kakel menyodorkan ponselnya ke arah muka Russel, sehingga ia merasa jengkel. 

“Hahaha, canda canda. Jadi, dari penelusuran gue, dulu tuh waktu tahun 2010an ada seorang siswa yang dihilangkan nyawanya di sekolah ini, dan pelakunya adalah bapak dari salah seorang siswi yang sekolah di sini juga,” ucap si kakel sambil menunjukkan link berita lama dari ponselnya. Russel terperanjat melihat konten berita tersebut – hal ini sama sekali nggak pernah ia dengar waktu mendaftar masuk sekolah.

“Kenapa bisa dibunuh gitu, Ka?”

“Karena si bapak ini percaya, bahwa korban telah menghamili anaknya. Ada yang menyebarkan rumor seperti itu. Akibatnya tuh bapak datang ke sekolah dengan maksud gak baik. Diam-diam dia bawa pisau. Saat itu sang bapak diperbolehkan masuk karena beralasan mau bertemu anaknya sebentar.  Ternyata bukannya ke kelas anak sendiri, dia langsung masuk kelas korban dan menusuknya berulang-ulang sampai korban kehabisan darah. Konon, darahnya sampai ngalir dari celah pintu kelas dan lama banget bisa dihapus bercaknya.”

Russel kembali bergidik, teringat akan mimpinya. “Bagaimana dengan guru dan siswa lain di kelas itu?”

“Menurut keterangan para saksi di kepolisian, mereka berusaha menahan, namun bapak ini seperti kesetanan dan kuat banget, sehingga orang-orang yang mau mencegah malah ikut terluka-luka.”

Perut Russel bergolak mulas, membayangkan betapa horor suasana hari itu di sekolahnya.

“Setelah kasus itu pemerintah setempat menutup sekolah karena diduga tidak mampu menjaga keamanan muridnya sendiri. Bapak dari siswi ini langsung ditangkap, dan diadili. Tragisnya lagi, ternyata terbukti bukan siswa tersebut yang menghamili anaknya, melainkan seorang pemuda di lingkungan rumah mereka. Bapak itu ditahan di penjara selama 10 tahun, namun di hari ia hampir bebas, malah bapak ini depresi berat dan ditransfer ke bangsal psikiatri.”

“Kak, lu ngikutin kasusnya banget ya, ckckck.”

“Iya dong, calon content creator terkenal nih. Risetnya gak boleh kaleng-kaleng! Asal lu tau, gua dan teman-teman udah banyak mencari tau tentang sejarah tragis ini dari lama, dan banyak juga informasi yang dah terkumpul dari beberapa alumni yang sekelas sama si korban. Sekarang korban udah hidup baru di kota sebelah, anaknya dia serahin untuk diadopsi keluarga lain.”

“Tapi gue bingung, kalo udah pernah kasus heboh gitu, kok bisa sih  sekolah ini buka lagi?” 

“Iya, beberapa bulan setelah sekolah ini ditutup, dibelilah sama yayasan baru tanpa direnovasi. Dibuka kembali tahun 2011. Makanya sekolah ini sempat ganti nama,” ucap si kakel.

Terjawab sudah rasa penasaran yang selama ini menghantui Russel. Pada akhir pekan berikutnya, ia ikut sang kakel untuk berziarah ke makam korban. Ia merasa ini satu hal yang harus dilakukan sebelum episode podcast terbarunya tayang, semacam meminta izin pada almarhum.

Di tengah udara gersang makam yang terik, Russel menaikkan doanya yang paling tulus dan berharap, setelah kisah tragis ini mengudara di media online, banyak orang bisa menarik pelajaran dan tak mengulangi sejarah.

 

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan cerita misteri lainnya dari Majalah Sunday.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 303
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?