Penulis: Husna Raharjo – Universitas Kristen Indonesia
Sometimes we only see the surface
We thought that their lives are perfect
Yet we don’t see what happened behind the scene
Perhaps…
Pict by Unsplash.com
Dan hal itu terjadi lagi. Pada hari itu dada Daffa merasa sempit. Nama Arkana Wijaya terpampang jelas di seleksi lomba memasak internasional 2023 yang akan diadakan di Paris dari institusi yang bekerja sama dengan pemerintah untuk meningkatkan daya saing para siswa SMK. Teman-teman di kelas memberinya ucapan selamat dan semangat. Terlebih lagi, orang yang dia suka, juga mengucapkan selamat. Seperti yang biasa terjadi, ia tidak menemukan namanya tercantum di seleksi manapun. Ruang kelas tersebut terasa sesak bagi Daffa, ia hanya menyembunyikan itu dengan senyum kecut dan ia berusaha menghindari interaksi dengan Arka. Ia pun memilih untuk mengasingkan diri
Bel pulang sekolah pun telah berbunyi. Sepanjang perjalanan pulang Daffa tenggelam dalam pikirannya. Dan seperti inilah dunia, pikirnya. Usaha tidak menjamin hasil, tapi jika tidak berusaha itu jauh lebih buruk. Suara-suara bising itu kembali menggema di kepala Daffa. Suara Ibunya yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan anak orang lain. Sudah menjadi hal biasa bagi Daffa, ia dikelilingi oleh orang yang mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ia berusaha untuk tersenyum dan ikut bahagia, namun gema suara dari orang terdekat yang membanding-bandingkannya bagaikan gemuruh angin yang siap meluluh lantahkan hal yang ada disekitarnya. Keributan yang ada di kepalanya membuat ia tenggelam dalam dunianya sendiri.
Kendati mencoba baik-baik saja, wajah Daffa bagaikan sebuah buku yang lembar-lembarnya terbuka. Hati yang mencoba berteriak terpapar jelas tanpa kata-kata. Daffa bersyukur manusia itu lebih peduli pada diri mereka sendiri, sehingga tidak ada yang memperhatikannya. Memang sudah seperti itu biasanya. Biasa tidak terlihat, tidak diinginkan, namun juga tidak dibenci.
Pict by Unsplash.com
Daffa turun dari bus dan melewati sebuah jalan yang sepi. Rumah Daffa memang terletak di perkampungan yang ada banyak pohonnya. Di sana ia melihat Arka, berdiri dipinggir tebing.
“Itu… beneran Arka gak sih?” pikirnya. Ia pun segera menghampiri laki-laki tersebut.
“Woy, Arka? Lu ngapain di sini?”
“Ehh… sans, pemandangannya bagus di sini, hehe. Healing bentar lah…” Arka tersenyum sambil mengeluarkan handphonenya.
“Healing?” Daffa mengerutkan alisnya “Healing apaan sih? Lu kan abis lolos seleksi lomba internasional cuy…” kata Daffa. Mendengar hal tersebut Arka ketawa cekikikan, cengiran dari si langganan ranking 1 ini membuat Daffa naik darah.
“Emang gaboleh? Hehe. You don’t know… anything about it.” Arka berucap, ia menatap Daffa dengan tajam, lalu tertawa lepas kembali.
“Maksud lu apaan sih?” Daffa mengepal tangannya; Arka melihat hal itu dan ia tersenyum.
“Calm down…” ucap Arka
“Gak usah sok-sok bahasa Inggris,” sahut Daffa
“Lu mau nemenin gue ga?” Ucapan Arka yang muncul secara tiba-tiba, mulut Daffa menganga mendengar hal itu.
“Hah? Ngapain? Berdiri dekat tebing? Ih ogah.” Daffa membalas, sambil memiringkan mulutnya.
“Kalo gak mau di sini, kita bisa ke tempat lain kok, nanti gue yang traktir.” ucap Arka, Daffa pun berpikir sejenak.
“Gue bisa bayar sendiri kok, mau ke mana emang?” balas Daffa. Arka pun tertawa lepas
Pict by Unsplash.com
***
Sore itu Arka mengajak Daffa pergi ke sebuah cafe. Di sana, Daffa melihat sisi Arka yang cukup berbeda. Di sekolah, Arka adalah sosok yang serius, dingin, bergaul cuman sama yang pinter, dan gak banyak bicara. Tapi di sini, Arka, kayak bukan Arka.
Arka ngobrol sama Daffa seolah-olah dia adalah seorang podcaster, ekspresinya ceria dan cenderung childish. Mendadak rasa iri di hati Daffa mulai terkikis karena sikap Arka yang supel. Mereka pun bertukar nomor dan sosial media.
“Eh serius lu suka fotografi? Tapi kok akun IG lu sepi bangeet,” ucap Daffa.
“Itu akun formalitas, yang berkaitan dengan urusan sekolah ya gue upload di situ.”
Arka pun menunjukkan akun fotografinya. Akun tersebut berisi foto-foto bernuansa gelap. Tidak ada objek manusianya. Isi fotonya kebanyakan adalah hutan, pohon-pohon yang tinggi, gunung dan tebing. Di tengah-tengah keheningan tiba-tiba Arka nyeletuk.
“Lu mau nolong gue ga?” ungkap Arka.
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.