Majalah Sunday

Beauty Priviledge Itu Nyata dan Dapat Mengganggu Mentalmu. Apa Solusinya?

Penulis: Indira Apsari Dewi – Universitas Esa Unggul

Apa yang ada di benak kalian setelah mendengar kata “cantik”? 

Pasti kalian langsung memvisualisasikan ciri-ciri seperti kulit putih, harus mulus, tidak boleh gemuk, bentuk tubuh ideal layaknya gitar Spanyol, dan bahkan visual fisik ini dianggap harus sepadan dengan perilakunya. Misalnya, perempuan diharapkan feminin, berperilaku sopan, dan memiliki etika, atau bisa dikatakan sebagai perempuan yang tulen dan murni. Namun, tanpa disadari, pemikiran-pemikiran kolot ini sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu dalam berbagai aspek standarisasi di setiap eranya.

Apa Itu Privilage?

Menurut laman kumparan.com dalam artikel “Beauty Privilege: Lo Cantik, Lo Punya Kuasa”, istilah ‘privilege’ yang berarti hak istimewa, dikutip dari Cambridge Dictionary, adalah hak yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang, biasanya karena kedudukan atau kekayaan mereka yang lebih tinggi. Dulu, istilah ‘privilege’ atau hak istimewa ini erat kaitannya dengan rasialisme. Contohnya adalah ketika orang-orang kulit putih di Eropa dan Amerika merasa lebih unggul dibandingkan dengan orang-orang kulit gelap, sebuah fenomena yang biasa dikenal sebagai ‘white privilege’.

Film Indonesia Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan merupakan  film drama percintaan yang disutradarai oleh Ernest Prakasa dan diangkat dari novel Imperfect: A Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia, yang merupakan istri Ernest. Film yang dirilis pada 19 Desember 2019 ini menyabet banyak piala dalam berbagai ajang bergengsi, seperti Piala Maya, Festival Film Bandung, Festival Film Indonesia dan PARFI Awards. Pict by : Viu.com

Pastinya kita sudah tidak asing dengan film “Imperfect”. Film ini membahas tentang bagaimana Jesica Mila, sebagai Rara, harus menerima segala tekanan. Lahir dengan bobot besar, hobi makan, rambut yang tampak tidak terawat, dan kulit yang tidak putih, ia menjadi objek cemoohan ibunya sendiri dan sering dibandingkan dengan adiknya yang lahir cantik dan sempurna, mirip ibunya yang putih, mulus, dan tinggi, sesuai dengan apa yang diinginkan khalayak. Tekanan mental tidak hanya datang dari dalam rumah, tetapi juga di tempat kerjanya, di mana ia sering mendapat perlakuan yang tidak setara dengan rekan-rekan lainnya, meskipun ia memiliki kualitas kerja yang baik. Ironisnya, setelah Rara melakukan diet ketat, ia mulai dilirik oleh bosnya, yang sebelumnya memperlakukannya seenaknya, dan tiba-tiba musuhnya pun menjadi teman. Namun, terlepas dari semua pencapaiannya, ia masih diabaikan oleh keluarganya, terutama ibunya yang terus membandingkannya dengan adiknya. Rara harus menghadapi konflik besar yang juga berdampak pada hubungan percintaannya. Akhirnya, ia menyadari bahwa semua itu ada dalam dirinya untuk menerima diri apa adanya, sebagai manusia dan sebagai Rara.

 Ernest (Sebelah Kiri) , selaku Komedian, sutradara dan suami Meira Anastasia (Sebelah Kanan) dari  Pict by :  Grid.id

Kalian kebayang nggak kenapa film “Imperfect” dibuat? Karena Meira Anastasia, sang penulis skenario, juga mengalami hal yang serupa. Ternyata bukan hanya kita, pejuang Sundays, tetapi bahkan istri seorang komedian terkenal juga mengalami perundungan yang sama. Meskipun di era sekarang kita sudah lebih melek kesehatan mental, ternyata masih banyak aspek-aspek seperti ini yang melekat di beberapa kalangan.

Semesta menciptakan kita keberagaman dari suku, bangsa dan kulit tanpa melihat atau membandingkan. Pict by :  Canva.com

Ternyata, penilaian saat ini tidak hanya terbatas pada warna kulit. Wajah yang menarik dan fisik yang ideal juga menjadi standar bagi sebagian orang yang cenderung melabeli dan mengkotak-kotakkan orang lain. Stigma ini berhasil dipecahkan oleh film “Imperfect”, karya komedian Ernest Prakasa dan istrinya Meira Anastasia.

Lantas, bagaimana solusinya untuk menghadapi perundungan yang terkait dengan 'beauty privilege', agar kesehatan mental kita tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain yang dapat membuat kita menjadi penurut?

Pernyataan-pernyataan seperti “Aku kurang cantik dibanding yang lain”, “Aku tidak putih seperti dia”, “Aku kan gendut, siapa yang mau sama aku?”, “Kalau cantik, lo punya kuasa lah, gendut mana dilihat”, dan banyak lagi yang menciptakan ketidakamanan dan ujaran jahat yang membuat kita terhenti dan menguras energi mental kita. Berikut adalah beberapa solusi:

1. Mungkin kamu bukan tipe yang di anggap menarik secara fisik

tetapi bukan hanya penampilan yang dinilai orang. Kamu memiliki keterampilan lain yang berharga, seperti kemampuan membuat orang nyaman, empati besar, kecerdasan emosional, dan kecerdasan kognitif. Hal-hal kecil yang kamu perhatikan bisa menjadi nilai besar bagi orang lain. Percayalah, tidak semua kelebihan bisa dibeli dengan paras cantik.

2. "Cantik doang nggak bisa apa-apa"

yang merupakan kontradiksi dari “Kalau cantik punya kuasa”. Ternyata, di dunia ini, kebutuhan akan seseorang tidak selalu berpusat pada penampilan. Kepribadian, moral, pengetahuan, dan nilai-nilai yang kamu miliki justru menjadi kunci utama dalam menjalani hidup dan bersosialisasi. Fokus pada aspek-aspek ini akan meningkatkan kualitas dirimu dan berdampak positif pada kehidupanmu.

3. Ingatlah bahwa masih ada orang yang menilai berdasarkan fisik atau 'beauty privilege' 

dan juga memberikan perlakuan khusus karena penampilan. Saat menghadapi situasi seperti ini, penting untuk mengatur ekspektasi dan tetap fokus pada sikap, moral, pengetahuan, dan nilai-nilai yang kamu miliki.

4. Jangan terjebak dalam pemikiran bahwa penampilan adalah segalanya  

Jika kita terus terjebak dalam pemikiran bahwa penampilan adalah segalanya, kita tidak akan pernah puas. Kuncinya adalah mengendalikan kekecewaan terhadap ekspektasi dan mengontrol diri, termasuk menyeimbangkan ego dengan segala hal yang kita konsumsi. Kesehatan mental sejati datang dari bagaimana kita merespons situasi dan menangani masalah yang tidak sesuai dengan keinginan kita

5. Jangan pernah membanding-bandingkan diri dengan oran lain  

Seperti dijelaskan sebelumnya, ini adalah siklus yang tidak akan berakhir. Mengapa membuang-buang waktu untuk masa depan dengan membandingkan diri? Berjuang, berdoa, dan tetap bersyukur.

Dengan kamu bahagia, dunia juga tidak akan berani menggoyahkanmu karena kamu berharga. Pict by :  Canva.com

Masa depanmu masih panjang dan ada di tanganmu. Takdir mungkin tidak bisa diubah, tapi nasib ada di tanganmu. Ingat kamu itu berharga. Jadi, maju terus, Pejuang Sunday!

*****

Majalah Sunday, Teman Memahami Tips Belajar, Edukasi Seksual dan Kesehatan Mental

Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.

Ikutan berkarya di
Majalah Sunday

Post Views: 131
Chat Now
Selamat Datang di Majalah Sunday, ada yang bisa kami bantu?