Penulis: Galuh Saraswati
Editor: Abdul Aziz – UNJ
“Mimin,mau tanya… Bagaimana cara mengatasi agar tidak stress/depresi karena menyesal sudah melakukan seks sebelum menikah?”
Mengatasi Kecemasan Setelah Melakukan Seks Pra Nikah pada masyarakat kita yang memegang prinsip bahwa seks hanya untuk orang menikah. Tak jarang mereka mudah memberi label negatif pada individu yang melakukan seks pra nikah. Mereka yang sudah melakukan seks pra nikah akan dicap individu yang nakal, hina atau rendah.
Tidak dipungkiri label dari masyarakat akan mempengaruhi kondisi psikologis individu. Padahal baik laki-laki atau perempuan sangat mungkin merasa tidak berharga, ragu, tidak percaya diri, frustasi pada hubungan cemas, stres atau bahkan depresi. Seperti penelitian yang dilakukan Golden, Furman, & Collibee pada tahun 2016 dengan responden remaja di Amerika Barat yang terdiri dari 88 laki dan 86 perempuan menunjukkan bahwa pertama kali melakukan seks dapat mengakibatkan depresi.
Berikut 7 hal yang perlu kamu tahu untuk mengatasi rasa cemas setelah pertama kali melakukan seks pra nikah:
Konstruksi sosial merupakan suatu pandangan yang diciptakan oleh suatu masyarakat itu sendiri. Saat pertama kali melakukan seks kita tidak kehilangan apa pun. Kehilangan keperawanan bukan lah hal medis karena WHO telah mengategorikan tes keperawanan sebagai bentuk kekerasan.
Setelah melakukan seks kamu akan tetap menjadi dirimu. Sebelum atau sesudah melakukan seks tidak ada yang berubah dari dirimu. Kepribadianmu dan keunikanmu tidak akan berubah setelah melakukan seks. Orang lain akan melihat kamu sama seperti biasanya. Kehilangan keperawanan bukan berarti kehilangan identitasmu.
Jika kamu merasa melakukan kesalahan atau mengambil keputusan buruk bukan berarti kamu adalah bad person. Good person pun juga melakukan keputusan buruk atau melakukan kesalahan. Sangatlah wajar manusia melakukan kesalahan.
Penerimaan diri adalah suatu keadaan individu memberikan penilaian positif pada dirinya sendiri serta mengakui dan menerima kelebihan dan keterbatasan yang ada dalam dirinya tanpa rasa malu atau merasa bersalah (Ryff, 1996). Dengan kamu menerima dirimu kamu akan mempunyai kesehatan mental yang baik, menghargai diri sendiri dan memaafkan orang lain .
Jika memang kamu butuh teman cerita, kamu bisa melakukan pembicaraan dengan pasangan kamu. Kamu bisa mengutarakan perasaan dengan jujur bahwa apa yang kamu rasakan seperti perasaan menyesal atau perasaan ragu dan kamu perlu menegaskan bahwa tidak melakukan seks bukan berarti tidak sayang pada pasangan.
Masyarakat kita masih menganggap seks adalah hal tabu. Sulit rasanya jika ingin bercerita pada orang sekitar. Bergabung pada support group akan mewadahi kamu untuk mengutarakan perasaanmu dan akan mendapat dukungan sosial tanpa takut akan diberi label.
Jika dirasa kondisi psikologis mengganggu aktivitasmu artinya kamu perlu datang ke psikolog. Psikolog akan mendengarkan permasalahan ini dan akan membimbing kamu untuk menyelesaikan masalah.
References
Golden, R. L., Furman, W., & Collibee, C. (2016). The Risks and Rewards of Sexual Debut. American Psychological Association, 1913-1925.
Ryff, C. D. (1996). Psychological Well Being. San Diego: Academic Press.
Artikel ini merupakan kerja sama antara Majalah Sunday dengan KampusPsikologi.com
*****
Dapatkan informasi mengenai kesehatan mental, edukasi seksual, tips belajar dan cerita cinta hanya di Majalah Sunday, teman curhat remaja Indonesia.