Hai, Sunners! Kamu pasti pernah merasa terluka karena seseorang, entah itu karena perkataan atau perbuatannya.
Seseorang yang kamu anggap sebagai ‘pemicu’ rasa sakit itu bisa saja merupakan kerabat dekat atau orang yang kamu sayangi. Mungkin kamu pernah bertanya-tanya “Kenapa ya, dia jahat banget sama aku?”. Eits, jangan khawatir! Apa yang kamu pikirkan itu manusiawi, kok. Sebagai manusia, kita berhak untuk merasakan emosi yang tertanam dalam diri. Kita bisa merasa senang, sedih, kecewa, atau marah karena seseorang.
Ketika kamu sudah merasa terluka sangat parah akibat perkataan atau perbuatan seseorang, alangkah baiknya kamu memahami apakah kamu sanggup jika harus menerima rasa sakit yang sama berulang kali?
Terkadang kita berpikir bahwa luka yang ada dalam diri akan hilang dengan sendirinya, namun hal itu justru salah. Berikut beberapa tips yang bisa kamu lakukan.
- Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah menerima. Kamu perlu menerima perasaan kecewa atau sedih yang kamu rasakan. Menerima adalah jalan terbaik sebelum mengikhlaskan. Bersikap denial terhadap perasaanmu hanya akan membuat dirimu semakin terluka. Terimalah kenyataan bahwa kamu merasa terluka akibat seseorang.
- Setelah menerima, perlahan-lahan kamu akan mulai bisa untuk memaafkan. Sesekali kita berpikir bahwa permintaan maaf yang kita terima tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan. Bagaimanapun, memaafkan adalah pilihan yang tepat.
- Ketika kamu sudah berhasil menerima dan memaafkan, langkah terakhir adalah melepaskan. Lepaskan semua kenangan buruk dan rasa sakit yang kamu rasakan dahulu. Kamu bisa memulai kebiasaan baru yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatianmu dari ingatan akan masa lalu. Kamu bisa membuat jurnal, melukis, membuat aksesoris dari beads, atau sekadar membuat playlist berisi lagu-lagu favoritmu. Mulailah pertemanan dengan orang-orang yang suportif dan hindari lingkungan yang toxic!
Kamu harus yakin bahwa perlahan-lahan rasa sakit tersebut akan hilang untuk selamanya. You are present here and live your life! Things only get better from now on.
Hanan Afifah – Universitas Negeri Jakarta