Memang enggan rasanya ketika kita membahas soal seks, terbukti banyak orang yang memilih untuk menghindari topik yang satu ini dengan alasan tertentu. Sunday yakin kalian semua pasti tahu akibat apa saja yang akan terjadi jika kalian melakukan seks pranikah. Tidak hanya kamu sebagai perempuan saja yang dirugikan, tetapi laki-laki juga.
Jika sebelumnya Sunday pernah berbagi soal Plus Minus Untuk Remaja Yang Aktif Berhubungan Seks, kali ini Sunday mau menjelaskan lebih spesifik lagi nih dari sisi perubahan secara psikologisnya. Terkadang hal yang kasat mata memang selalu dilewati begitu saja, tapi bukan berarti itu artinya tidak ada masalah loh Sunners. Yuk simak…
Berhubungan seks memang sesuatu yang menyenangkan, terbukti efek setelah seks bisa meningkatkan mood kita. Tapi tahu ngga kamu kalau seks juga bisa menimbulkan kecemasan, meskipun kamu melakukannya dalam kondisi baik-baik saja pada awalnya?
Post-coital dysphoria (PCD) yaitu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan sedih, cemas, gelisah, bahkan menangis setelah berhubungan. Biasanya PCD berlangsung selama 5 menit hingga 2 jam, dan bisa terjadi dengan atau tanpa orgasme. Tapi tiap orang biasanya berbeda Sunners, tidak jarang juga yang justru kecemasannya berlanjut dan akhirnya menimbulkan pikiran lain yang jauh lebih serius/berat. Kondisi ini bisa terjadi tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga laki-laki, jadi tidak secara spesifik kepada satu pihak.
Apa yang menyebabkan seseorang mengalami PCD?
Sudah pasti karena hormon. Ketika melakukan seks, hormon yang ada di tubuh kalian mengalami gejolak yang akhirnya membentuk emosi-emosi tertentu yang cukup kuat. Ketika aktivitas seks berhenti dan kadar hormon menurun, ini dapat menyebabkan perubahan emosi yang tidak terduga, termasuk cemas dan gelisah dikarenakan ragu akan kebenaran dari hal yang dilakukannya.
Coba deh kamu bayangin, ketika kamu baru saja melakukan hubungan badan dengan pacarmu. Aku yakin setelahnya pasti akan timbul banyak pertanyaan dalam benak kalian. Apakah yang aku lakukan sudah benar? Apakah dia orang yang tepat? Apakah ada kemungkinan aku akan hamil? Kalau ada orang lain tahu, apakah dia akan menerima kondisiku? Pertanyaan tadi muncul karena kamu merasa telah melewati batas yang seharusnya belum boleh kamu lewati. Hal ini bisa disebabkan dari pengalaman hidup kamu. Entah itu mengingat dari perkataan orang tua, background agama, trauma masa lalu atau stigma sosial di lingkungan kamu.
Secara umum, hal ini sebenernya sangat wajar. Tinggal bagaimana cara kamu menghadapi situasi ini dengan tepat sehingga perasaannya tidak semakin menyebar dan menimbulkan masalah baru.
Apa yang harus dilakukan ketika berada di situasi seperti ini?
Tarik napas secara perlahan, buat diri kamu senyaman mungkin. Saat sedang cemas, biasanya kamu akan merasa seperti sedang berlomba dengan pikiran kamu tentang skenario terburuk yang bisa saja terjadi. Alih-alih memikirkan hal-hal buruk, coba pikirkan kondisi kamu saat itu. Tanyakan pada diri kamu, apa yang sebenarnya kamu butuhkan. Jika kamu perlu berbagi cerita dengan pacarmu, ceritakan saja. Terkadang mengutarakan kecemasan bisa mengurangi perasaan kesepian akan rasa takut yang kamu rasakan. Selain itu, kamu juga bisa mencari tahu hal apa yang sebenernya harus kamu khawatirkan. Saat kamu merasa kewalahan dengan gejolak psikologis yang dirasakan, kontak layanan psikolog atau konselor profesional ya, sekarang kan sudah banyak juga yang online – selain praktis, mudah diraih, juga privasimu terjamin.